Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Raih Rp2,62 Triliun dari Jualan Susu, Ultra Jaya Masih Gagal Imbangi Kenaikan Bahan Baku

Raih Rp2,62 Triliun dari Jualan Susu, Ultra Jaya Masih Gagal Imbangi Kenaikan Bahan Baku Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Ultrajaya Milk Industries Tbk (ULTJ) mengalami penurunan laba bersih sebesar 6,6% menjadi Rp365,52 miliar rupiah pada paruh pertama tahun 2018 ini. Pada periode yang sama setahun sebelumnya, produsen produk susu ini membukukan laba bersih sebesar Rp391,55 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan (belum diaudit), hingga semester I 2018, Ultrajaya sebenarnya berhasil meningkatkan penjualannya menjadi Rp2,62 triliun, naik 13,2% dari tingkat penjualan di semester I 2017 sebesar Rp2,32 triliun.

Hanya saja, di sisi lain, beban pokok penjualan juga ikut menjulang, dari Rp1,45 triliun di semester I 2017 menjadi Rp1,68 triliun di semester II tahun ini. Artinya, beban pokok penjualan naik sebesar 15,2%, lebih besar dari persentase kenaikan penjualan.

Jika ditelaah lebih lanjut, kenaikan beban pokok penjualan ini disebabkan karena kenaikan pada pengeluaran pemakaian bahan baku langsung (direct material). Angkanya sebesar Rp1,39 triliun, naik Rp204,37 miliar dari angka di semester I tahun 2017.

Walhasil, laba usaha Ultrajaya juga mengalami penurunan menjadi Rp 440,14 miliar, turun dari tahun sebelumnya Rp464,19 miliar.

Besarnya laba yang dapat diatribusikan untuk pemilik entitas induk juga mengalami penurunan menjadi Rp359,05 miliar, turun dari Rp383,1 miliar. Akibatnya besarnya laba per saham dasar (earning per share atau EPS) juga turun dari Rp33 menjadi Rp31 per lembar saham.

Penurunan laba ini juga berimbas pada arus kas perusahaan. Kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi Ultrajaya pada enam bulan pertama 2018 adalah sebesar Rp312,49 miliar, turun dari Rp579,32 miliar di periode yang sama setahun sebelumnya.

Dari sisi neraca, jumlah aset perusahaan pada akhir Juni 2018 adalah sebesar 5,4 triliun, naik dari jumlah aset perusahaan di akhir 2017 sebesar Rp5,12 triliun. Adapun utang perusahaan juga mengalami penurunan dari Rp978,19 miliar di akhir tahun 2017 menjadi Rp965,68 miliar di semester I 2018.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Thomas Rizal
Editor: Thomas Rizal

Bagikan Artikel: