Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Apa Benar Unicorn Indonesia Dikuasai Asing?

Apa Benar Unicorn Indonesia Dikuasai Asing? Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Jokowi bangga Indonesia memiliki empat dari tujuh startup di Asia Tenggara. Jumlah tersebut, menurutnya, tak cukup, karena itu akan diperbanyak, salah satu caranya dengan menciptakan seribu startup baru. Kemudian pemerintah akan mendorong startup tersebut untuk pendanaan dari para investor termasuk dari luar negeri.

Sementara Prabowo mengaku tak bangga, sebab ternyata porsi investor asing lebih banyak ketimbang investor dari dalam negeri. Menurutnya, itu hanya akan menciptakan orang kaya baru yang jumlahnya hanya 1%, namun menguasai 40% kekayaan negara.

Untuk diketahui empat startup yang dimaksud oleh Jokowi adalah Go-Jek, Bukalapak, Tokopedia, dan Traveloka. Mereka resmi menyandang gelar unicorn karena valuasinya yang telah mencapai US$1 miliar. Bahkan Go-Jek, valuasinya disebut-sebut mencapai US$10 miliar, atau menyandang status decacorn.

Siapa saja penyumbang dana startup tersebut. Dari penelusuran Warta Ekonomi, investor Go-Jek adalah Tancent Holdings, JD.com, New World Strategic Invesment, Google, Tamasek Holdings, Hera Capital, Astra International, dan GDP Ventures.

Selanjutnya Tokopedia disuntik oleh Alibaba Group, Softbank Group, dan Sequoia Capital dari AS. Bukalapak oleh Ant Financial, Mirae Asset, Never Asia, GIC, dan Emtek Group dari Indonesia. Sementara Traveloka mendapat pendanaan dari Expedia, GFC, dan Sequoia Capital, Hillhouse Capital, dan JD.com.

Dilihat dari porsinya memang modal yang diperoleh unicorn tersebut kebanyakan dari luar negeri. Tapi, apakah benar investor luar itu menguasai unicorn tersebut?

Menanggapi pernyataan tersebut, Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara kepada Warta Ekonomi dalam wawancara belum lama ini menjelaskan, persepsi bahwa unicorn Indonesia dikuasai oleh asing itu keliru. Menurutnya, pemahaman suntikan modal asing ke dalam perusahaan unicorn tidak bisa disamakan dengan suntikan modal pada perusahaan konvensional.

Baca Juga: Pak Prabowo, Ini Loh Maksud dari Unicorn....

Menurut Chief RA, sapaan akrab menteri ini, model bisnis startup dengan perusahaan konvensional tidak bisa disamakan. Model bisnis berbeda karena masuknya investor asing tidak lantas berdampak pada perubahan manajemen usaha. Tidak seperti perusahaan konvensional, yang bila mendapat investasi dari asing, maka pemegang saham bisa masuk ke jajaran manajerial.

Model bisnis modern seperti perusahaan startup dikategorikan sebagai investor finansial yang memisahkan kepentingan pemodal dengan manajemen. Sebagai contoh, Alibaba sebagai perusahaan e-commerce terbesar di China, ternyata Jack Ma hanya memiliki sekitar 8% total valuasi yang dimiliki. Sisanya adalah milik investor asal Jepang, Softbank yang memiliki sekitar 30%. Dan investor asal Amerika, Yahoo, sekitar 20%.

Baca Juga: Apa Itu Unicorn?

"Di Tiongkok pemerintahnya bilang kalau uang boleh masuk, tapi politiknya tidak. Maka Jack Ma tetap punya saham preferensi dalam kontrol hal-hal tertentu," ujarnya.

Untuk di Indonesia sendiri, menurut Rudiantara, pola investasi tersebut juga diadopsi oleh startup Indonesia. Karena itu, pemerintah mendorong agar para pendiri startup dan unicorn di Indonesia menjaga kontrol atas perusahaannya sendiri. Yang paling penting dengan masuknya banyak investasi, membuat perusahaan semakin besar, maka dampaknya akan semakin besar untuk keuntungan masyarakat Indonesia.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: