Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Permintaan Global Terus Meningkat, Kinerja MARK Berpotensi Melesat

Permintaan Global Terus Meningkat, Kinerja MARK Berpotensi Melesat Kredit Foto: Annisa Nurfitriyani
Warta Ekonomi, Jakarta -

Seiring dengan makin tingginya kesadaran dan standar higienis di masyarakat, konsumsi atas produk sarung tangan karet di dunia juga terus meningkat signifikan. Dalam 15 tahun terakhir secara rata-rata pasar sarung tangan karet secara internasional konsisten tumbuh sekitar delapan hingga sepuluh persen per tahun.

Empat pemasok utama permintaan pasar sarung tangan karet tersebut berasal dari Malaysia, dengan kapasitas produksi kumulatif per akhir tahun 2018 lalu tercatat mencapai 169 miliar unit. Kapasitas itu masih jauh di bawah kebutuhan dunia yang pada saat yang sama mencapai 268 miliar unit.

Presiden Direktur PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK), Ridwan Goh, mengatakan, produk sarung tangan karet merupakan produk sekali pakai (disposable) yang penggunaannya semakin meluas mencakup industri kesehatan, farmasi, makanan dan minuman, elektronik, industri, rumah tangga dan medis.

"Luasnya bidang pemakaian ini mendorong industri pendukung utamanya, yaitu produsen cetakan sarung tangan memperoleh kesempatan besar untuk ikut tumbuh dan berkembang secara pesat,” ujar Ridwan dalam keterangan resminya, di Jakarta, Minggu (21/4/2019).

Baca Juga: Uwow, Laba Mark Dynamics Melonjak 67%

PT Mark Dynamics Indonesia Tbk sejauh ini memang dikenal sebagai salah satu produsen utama cetakan sarung tangan di dunia sekaligus menjadi pemasok utama produsen-produsen sarung tangan karet di level internasional. Pada tahun 2018 lalu produksi cetakan sarung tangan MARK mencapai 6,4 juta unit atau meningkat sebesar 28 persen dibandingkan dengan produksi tahun 2017 yang sebanyak lima juta unit. Peningkatan produksi ini diikuti dengan peningkatan nilai penjualan sebesar 35,7 persen pada tahun 2018 menjadi Rp325,47 miliar, dibandingkan dengan tahun 2017 sebesar Rp239,79 miliar.

“Permintaan cetakan sarung tangan kami yakini tidak akan mengalami penurunan, justru ikut terdorong (meningkat) mengingat masa pemakaiannya dalam produksi sarung tangan maksimal hanya satu tahun. Jika dipaksakan, bakal berdampak pada rusaknya kualitas sarung tangan yang diproduksi,” tutur Ridwan.

Sebagai penggerak bisnisnya, Ridwan pun memperkirakan konsumsi sarung tangan karet dunia pada tahun 2019 mendatang bakal mencapai 300 miliar unit, dengan nilai pasar mencapai US$4,8 miliar, atau setara dengan Rp67,871 triliun. Dari volume konsumsi sebesar itu, Malaysia masih diyakini bakal menjadi pemasok utama dengan kontribusi sebesar 63 persen, diikuti oleh Thailand sebesar 18 persen, China sebesar 10 persen dan Indonesia sebesar tiga persen.

“Pasar sarung tangan karet dunia masih sangat menjanjikan, mengingat konsumsi terbesar masih berasal dari negara-negara maju di Eropa dan Amerika, serta Jepang. Dari potensi yang ada di sana (industri sarung tangan karet), bisnis kami secara otomatis juga akan menikmati tren positifnya,” tegas Ridwan.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Taufan Sukma
Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: