Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Say Good Bye to Rupiah!

Say Good Bye to Rupiah! Kredit Foto: Antara/Abriawan Abhe
Warta Ekonomi, Jakarta -

Say goodbye to rupiah. Untuk ke sekian kalinya, rupiah harus meninggalkan zona hijau lantaran terdepresiasi oleh dolar AS. Mengawali perdagangan pasar spot pagi tadi, rupiah dibuka dengan koreksi 0,07% ke level Rp14.455 per dolar AS. 

Bukannya menipis, koreksi rupiah terhadap dolar AS justru menebal. Hingga pukul 08.50 WIB, koreksi rupiah menjadi 0,10% ke level Rp14.465 per dolar. Defisit transaksi berjalan Indonesia yang berada di kisaran 2,5% hingga 3% mengindikasikan bahwa pasokan devisa dari ekspor dan impor Indonesia tidak stabil. Akibatnya, rupiah rawan mengalami tekanan jual. 

Baca Juga: Loyo, Rupiah Kembali Loyo di Mei 2019

Hal itu jelas melalui pergerakan rupiah saat ini. Rupiah bahkan tidak mampu mengungguli mata uang dari benua lain, seperti dolar Australia (-0,14%), euro (-0,17%), dan poundsterling (-0,04%).

Namun, pergerakan rupiah di Asia terbilang lebih baik. Pasalnya, dengan status sebagai mata uang terlemah kelima di Asia, rupiah hanya perlu menggulingkan baht (-0,33%), ringgit (-0,17%), dolar Taiwan (-0,06%), dan yuan (-0,05%). 

Baca Juga: Finally! Rupiah Bikin Dolar AS KO!

Sebagai informasi, di tengah sinyal perang dagang yang kembali memanas, dolar AS masih menjadi mata uang idaman bagi investor global. Sebagai aset safe haven, dolar AS bergerak variatif dengan kecenderungan menguat. 

Bahkan, dolar AS mampu melemahkan mayoritas mata uang Asia, lho. Data perdagangan pasar spot mencatat, dolar AS unggul terhadap baht (0,32%), dolar Taiwan (0,15%), yuan (0,10%), dan yen (0,08%). Sementara itu, won menjadi mata uang Asia yang paling menekan dolar AS dengan apresiasi sebesar 0,17% terhadap dolar AS. 

Baca Juga: Tegas! Bule Inggris Eks Napi Narkoba Diusir dari Bali

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: