Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kopi Lampung, Menjawab Harapan dari Pak Wapres (Bagian III)

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta- Indonesia juga dikenal sebagai negara yang punya varian kopi terbanyak, dengan hampir 100 jenis varian kopi robusta dan arabika yang diciptakan sejak tahun 1699, seperti Sumatera Lintong, Java Estate, Sulawesi Toraja, dan Papua Wamena, dan sejumlah varian kopi terkenal lainnya. Sedangkan nilai ekspor biji kopi robusta Lampung selama 2015 mencapai 582,5 juta dolar AS, dengan volume 315.276 ton. Ekspor biji kopi Lampung itu diharapkan lebih tinggi tahun ini atau minimal sama seperti pada 2015.

"Panen kopi pada tahun ini diperkirakan naik bila kondisi cuaca tak terlalu ekstrem," kata Ketua Renlitbang AEKI Lampung Muchtar Lutfie.

Menurut Dinas Perdagangan Provinsi Lampung, pada 2015 ekspor biji kopi tertinggi terjadi di bulan Agustus sebesar 40.358 ton senilai 70,6 juta dolar AS. Tingginya ekspor biji kopi pada Agustus itu, mengingat panen raya kopi di Lampung terjadi pada Juni, Juli dan Agustus 2015.

Selain Lampung, beberapa daerah lain, seperti Bengkulu dan Sumatera Selatan merupakan penghasil kopi robusta juga mengekspor komoditas tersebut melalui Pelabuhan Panjang di Bandarlampung. Pengekspor kopi Lampung juga banyak membeli biji kopi dari dua provinsi tersebut.

Panen kopi di Lampung pada 2016, diperkirakan hampir sama dibandingkan tahun lalu, mengingat curah hujan yang tidak terlalu ekstrem, diperkirakan setelah Lebaran 2016 atau sekitar Juli--Agustus. Harapkan Harga Membaik Para petani kopi di Lampung justru mengharapkan harga biji kopi kering di daerah itu bisa di atas Rp20.000 per kilogram.

"Harga kopi saat ini di tingkat petani di bawah Rp19.000 per kilogram," kata Suudi, petani kopi asal Desa Way Harong, Air Naningan Kabupaten Tanggamus.

Ia menyebutkan, harga kopi di atas Rp20 ribu/kg, dengan kondisi ekonomi saat ini diperkirakan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari para petani kopi setempat. Selain itu, lanjutnya, petani juga dapat menutupi biaya produksi seperti perawatan tanaman kopi, pembelian pupuk, dan lain-lainnya.

"Masalah petani sekarang kurang ketersediaan pupuk khususnya urea saat diperlukan," ujarnya.

Anggota Kelompok Tani Maju Desa Way Harong itu menjelaskan, kondisi tekstur tanah di wilayahnya berbeda dibandingkan dengan daerah lain terutama di dataran tinggi, seperti di Kabupaten Lampung Barat. Menurutnya, tanaman kopi di kawasan Air Naningan memerlukan perawatan ekstra bila menginginkan kualitas maupun kuantitas yang bagus. Suparno, petani kopi di Lampung lainnya juga mengharapkan harga kopi meningkat, mengingat biaya produksi tanaman perkebunan untuk ekspor itu cukup tinggi.

"Rata-rata harga kopi di tingkat petani sebesar Rp19.000 per kilogram," katanya.

Ia berharap harga biji kopi di atas Rp20.000/kg, sehingga bisa menutupi biaya produksi dan lain-lain. Di sisi lain, menurutnya, harga biji kopi jangan ditentukan oleh harga pasar internasional seperti di bursa London. "Kami memproduksi, dan yang menentukan harga pasaran adalah pasar internasional itu," ujarnya. (Bersambung)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: