Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Strategi Periklanan Indofood Vs Wings Food Versi Nielsen

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Strategi periklanan antara indofood dan Wings Food dalam memasarkan produk mie instan akhirnya terkuak. Sebagaimana diketahui, kedua perusahaan tersebut berupaya mendominasi lini produk mie instan di indonesia.

Indofood sendiri telah lama mengenalkan brand Indomie kepada masyarakat, alhasil brand Indomie merajai pasar mie instan di Indonesia. Namun pada tahun 2003 Wings Food mencoba peruntunganya dengan meluncurkan produk Mie Sedap dan sejak saat itu brand Indomie mendapatkan pesaing.

Menurut Direktur Media Nielsen Indonesia Hellen Katherina, dalam kuartal pertama tahun ini, kedua perusahaan mie tersebut menyelipkan iklan pada segmen tayangan yang berbeda.

"Kalau Indomie tayangan iklan terbesar mereka ada pada  acara sinetron sebaliknya Mie Sedap kemunculan ikllannya ada pada tayangan berita dan informasi," jelasnya kepada Warta Ekonomi kemarin di Bilangan Karet.

Ditambahkan, Hellen strategi tersebut sengaja dipilih kedua perusahaan agar momen penayangan iklan tidak bentrok satu sama lain. Menariknya, dari survei yang dilakukan Nielsen didapati temuan bahwa rating tidak selalu menjadi pedoman utama untuk menyelipkan iklan. Dia mencontohkan momen penayangan iklan Mie Sedap di acara berita dan informasi.

"Kepermisaan terhadap tayangan berita tentunya tidak ada yang sampai dua jam, agak berbeda dengan movie dan sinetron yang kepemirsaanya bisa sejam atau dua jam. Namun di sisi lain kepermisaan terhadap tayangan berita dan informasi berdasarkan golongan jenis penonton tergolong kelompok kelas menengah ke atas. Artinya, tayangan iklan pada acara berita dan informasi akan ditonton oleh golongan upper class," tambahnya.

Strategi pengiklan yang menayangkan iklan pada acara berita dan informasi sejatinya didasari pertimbangan matang, yaitu produk yang muncul menjadi tidak terkesan murahan.

"Masih ingat kemunculan iklan Top Coffe yang menjadi sponsor program berita suatu televisi. Harga Coffe tersebut pada saat pertama dikenalkan tidak sampai Rp 1.000, bisa dikatakan murah. Tapi, karena disuguhkan di tayangan berita dan informasi jadi tidak terkesan murahan," paparnya.

Sekadar informasi, belanja iklan pada TV dan media cetak tumbuh sebesar 24% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Adapun total belanja iklan di TV pada kuartal pertama tahun 2016 mencapai Rp24,2 triliun. Ditinjau dari momen penayangan iklan, porsi tertinggi diserap jam tayang utama (18.00-22.00) dengan nilai Rp6,4 triliun.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Febri Kurnia
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: