Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini yang Bikin Perbankan Kurang Optimal Dukung Sektor UMKM

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Masih belum tercukupinya jumlah profesional (bankir) di industri perbankan yang mumpuni dan memiliki kompetensi tinggi, ditengarai menjadi salah satu faktor penyebab belum optimalnya dukungan layanan perbankan dalam meningkatkan kinerja dunia usaha di Indonesia, khususnya di kalangan UMKM.

Director of Fundraising Putera Sampoerna Foundation (PSF) Ari Kunwidodo mengungkapkan, di tengah kuatnya kinerja sektor perbankan di Indonesia, ternyata masih terdapat kebutuhan yang harus segera diantisipasi, yaitu masih kurang optimalnya kualitas profesional yang menjembatani hubungan antara perbankan dengan masyarakat dan dunia usaha.

"Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas mumpuni dengan kuantitas yang mencukupi di bidang perbankan merupakan tantangan yang harus segera diantisipasi, terutama untuk mengatasi persoalan-persoalan yang kerap didorong oleh kesenjangan pengetahuan dan referensi, serta literasi keuangan yang belum mencapai tingkat yang diharapkan," ujar Ari di Jakarta, Rabu (18/5/2016).

Oleh karena itu, PSF berkolaborasi dengan HSBC berkomitmen untuk terus meningkatkan intensitasnya dalam mengedukasi masyarakat di bidang literasi keuangan, khususnya dari dunia pendidikan dan dunia usaha, melalui Program Pendidikan Perbankan dan Keuangan yang dijalankan oleh Sampoerna University dan telah mulai digelar sejak Oktober 2015.

Program yang digelar kali ini terdiri dari Training of Trainers yang menyasar para staf pengajar perguruan tinggi se-Indonesia dan Professional Development Program bagi profesional perbankan dan institusi keuangan lainnya, serta para pelaku UMKM di Indonesia.

Untuk memastikan bahwa pengetahuan yang diberikan yang tepat guna, komprehensif, dan aktual, PSF dan HSBC dalam penyelenggaraan program-program ini juga menggandeng Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Nasional sebagai mitra.

"Professional Development Program dan Training of Trainers yang kami selenggarakan merupakan bagian dari mata rantai yang utuh dan saling berkaitan dari upaya kami dalam meningkatkan literasi keuangan di Indonesia," tegas Ari.

Program Pendidikan Perbankan dan Keuangan yang diselenggarakan HSBC dan PSF melalui Sampoerna University ini juga mendapatkan dukungan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Horas VM Tarihoran, Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan OJK, mengatakan, "Berdasarkan survei yang dilakukan oleh OJK pada tahun 2013, jumlah penduduk dengan tingkat literasi keuangan baik baru mencapai 21,84%. Untuk itu, kami selalu menyambut baik dan mendukung program-program edukatif yang bertujuan untuk meningkatkan literasi keuangan penduduk Indonesia, seperti program yang diselenggarakan secara intensif oleh kerjasama antara HSBC dan PSF melalui Sampoerna University ini."

"Program ini kami harapkan dapat meningkatkan literasi keuangan masyarakat sehingga mereka akan semakin mengenal manfaat dan risiko produk dan layanan jasa keuangan, mengetahui hak dan kewajiban serta meyakini bahwa produk dan layanan jasa keuangan yang dipilih dapat meningkatkan kesejahteraan," tambah dia.

Selain itu, pogram literasi keuangan yang diselenggarakan Sampoerna University ini juga berkorelasi dengan rencana pemberlakuan integrasi keuangan dan perbankan di ASEAN pada tahun 2020 yang tentunya menjadi tantangan sekaligus peluang tersendiri bagi Indonesia untuk menghasilkan pemimpin-pemimpin perbankan dan keuangan yang andal serta kompetitif dalam tataran yang lebih luas dan tinggi.

Ini tentunya hanya dapat direalisasikan jika masyarakat melalui ujung tombak institusi pendidikan dan pelaku ekonomi yang berada di garis depan memiliki pemahaman yang baik dan tinggi atas pemanfaatan dan penggunaan instrumen perbankan dan keuangan yang ada dan berkembang dalam perekonomian secara luas.

Nuni Sutyoko, Head of Corporate Sustainability, HSBC Indonesia, mengatakan, "HSBC senantiasa mendorong bisnis yang berkesinambungan yang berarti membangun masyarakat dari segi sosial, lingkungan, dan ekonomi."

"Kami ingin terlibat dalam pertumbuhan Ekonomi di Indonesia, dan karenanya kami yakin dukungan terhadap tingkat literasi dan inklusi keuangan akan turut membangun masyarakat meningkatkan taraf perekonomian mereka. Kami percaya dengan semakin baiknya tingkat literasi keuangan akan membantu mewujudkan cita-cita untuk meningkatkan kesejahteraan pada khususnya, sekaligus membantu percepatan pembangunan ekonomi bangsa pada umumnya," tutup Nuni.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: