Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

PT Garam Serap 400.000 Ton Garam Rakyat

Warta Ekonomi -

WE Online, Kupang - PT Garam (Persero) Indonesia yang sedang beroperasi di Desa Bipolo, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur akan menyerap sekitar 400.000 ton garam rakyat untuk memenuhi kebutuhan nasional.

"Selain menyerap garam rakyat yang ada di Desa Bipolo dan sekitarnya, kami juga akan membeli produk garam dari daerah lainnya di Nusa Tenggara Timur," kata Direktur Keuangan PT Garam (Persero) Indonesia Denny Suharsono di Kupang, Minggu (12/6/2016).

Ia mengemukakan hal itu kepada para wartawan di sela-sela kunjungan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti di pusat industri garam tersebut di Desa Bipolo, sekitar 40 km timur Kota Kupang, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Bupati Kupang Ayub Titu Eki meminta PT Garam (Persero) Indonesia untuk bisa menyerap semua produk garam hasil pertambakan rakyat di Desa Bipolo serta beberapa daerah lainnya di Kabupaten Kupang seperti di Desa Oebelo.

Suharsono mengatakan, sejauh ini PT. Garam sendiri telah membeli sejumlah garam rakyat di beberapa daerah di Indonesia yang memiliki produksi garam.

Sementara itu untuk wilayah NTT sendiri mengingat masih belum terlalu banyak, maka secara perlahan-lahan nantinya NTT akan masuk dalam program tersebut.

"Kita sisir semua daerah di Indonesia untuk serap semua garam rakyat, kalau untuk NTT nanti akan kita serap juga," ujarnya.

Terkait dengan harga, PT Garam mematok harga yang menurutnya sangat layak dan memberikan keuntungan bagi rakyat sendiri.

Untuk garam kualitas satu, PT. Garam mematok harga senilai Rp550.000/ton, untuk kualitas dua seharga Rp500.000/ton, dan garam kualitas tiga dipatok Rp430.000/ton.

"Kalau untuk garam putih super, kami mematok harga perton mencapai Rp625.000/ton," katanya.

Sementara itu terkait kebutuhan garam secara nasional hingga saat ini, katanya, mencapai 3,2 juta ton, kemudian itu yang mampu dihasilkan di dalam negeri sendiri baru mencapau 2,4 juta ton pertahun, dan sisanya masih impor dari negara lain.

Ia menilai, seharusnya pengolahan garam dalam negeri bisa diolah. Namun sejauh ini pengolahannya terkendala dengan besarnya garam impor yang masuk ke Indonesia.

Menteri Susi dalam kunjungan ke Bipolo mengatakan, seharusnya Indonesia tidak perlu lagi mengimpor garam dari luar negeri.

"Laut kita kan luas. Banyak lahan yang dapat digunakan untuk diolah menjadi lahan pabrik garam. Saya berharap produksi garam di NTT dapat membantu industri garam dalam negeri," ujarnya. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: