Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Produksi Beras di Kabupaten Bogor Perlu Dukungan

Warta Ekonomi, Bogor -

Guru Besar Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Institut Pertanian Bogor (IPB), Kukuh Murtilaksono mengatakan produksi pangan beras di Kabupaten Bogor perlu dukungan di tengah swasembada beras nasional. Kukuh memyampaikan, sumber pangan beras dapat dihitung berdasarkan jumlah kebutuhan beras pertahun dari jumlah penduduk dibandingkan dengan hasil produksi beras pertahun.

"Menurut perhitungan luas lahan sawah 46.000 hektare (Ha), dengan jumlah luas tanam 83.889 Ha, produktifitas 63 persen dan luas panen 70.703 Ha dengan 6,2 ton per Ha, lalu jumlah penduduknya 5,3 juta jiwa di tahun 2015, ternyata wilayah Kabupaten masih perlu didukung sumber beras luar daerah," katanya, di Bogor, Sabtu (2/7/2016).

Dia menjelaskan, dengan perhitungan jumlah kebutuhan beras rata-rata perhari jika diasumsikan 0,5 kilogram (Kg) beras perorang dikali jumlah penduduk lalu dikalikan dengan 360 hari dalam satu tahun. Maka kebutuhan beras di Kabupaten Bogor belum tercukupi oleh hasil sawah petani setempatnya.

Diketahui, menurut data yang disampaikan Oleh Kepala Seksi (Kasi) Produksi Dinas Pertanian dan Kehutanan (Distanhut) Kabupaten Bogor, Irma Villayanti pada pertengahan bulan Juni 2016 jumlah kebutuhan beras tahun 2015 di wilayahnya mencapai 609.500.000 Kg.

Sedangkan, beras yang dihasilkan petani dalam panen baru mencapai 280.517,58 Kg dikarenakan ada kekeringan 5.000 Ha, sehingga 31.000 ton gabah gagal dipanen. Atau lebih kurang baru mencukupi 46 persen dari jumlah kebutuhan beras. Lalu pada tahun 2016 ini, Distanhut menargetkan panen sebanyak 517.030 gabah kering giling (Gkg).

Atau jika dikonversikan menjadi beras dengan produktifitas 0,63 adalah 325.728,9 Kg beras pertahun dari luas lahan sawah 46 Ha dan luas tanam yang naik menjadi 91.083 Ha, diharapkan luas panen dapat mencapai jumlah gabah kering giling tersebut.

Sehingga, produksi beras dapat meningkat sekitar lima sampai enam persen dari tahun sebelumnya, atau mencapai 50 persen lebih pada tahun ini.

Melihat data tersebut, Guru besar di Fakultas Pertanian IPB itu juga menyampaikan diperlukan terobosan pembangunan Daerah Aliran Sungai (DAS) di sekitar lahan sawah sehingga dapat mendukung produktifitas lahan yang optimal.

"Solusinya yaitu pengolahan DAS yang inovatif. Jika pemerintah mau mengoptimalkan ya begitu. Saya garansi," tegasnya. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: