Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengamat: OP Pangan Masih Diperlukan

Warta Ekonomi, Jakarta -

Kalangan pengamat menyatakan, kegiatan operasi pasar (OP) bahan pangan yang dilakukan Perum Bulog, pemerintah maupun swasta masih sangat diperlukan untuk membantu masyarakat memperoleh komoditas pangan dengan harga terjangkau.

Pengamat pertanian Khudori di Jakarta, Minggu (3/7/2016) menyatakan upaya pemerintah menurunkan harga pangan di pasaran tampaknya belum juga berhasil, namun demikian langkah OP yang dilakukan Perum Bulog, pemerintah yang dibantu swasta setidaknya dapat menahan laju kenaikan harga pangan.

"Untuk itu, OP dirasa masih perlu, apalagi saat mendekati hari Lebaran untuk memberikan pilihan alternatif kepada masyarakat," katanya.

Keterlambatan pemerintah mengantisipasi kenaikan harga pangan saat Ramadhan dan Lebaran, tambahnya, sudah tidak bisa dibantah lagi, namun, upaya Perum Bulog dan sejumlah BUMN pangan lainnya melakukan OP di sejumlah titik, setidaknya dapat menahan laju kenaikan harga pangan di sejumlah daerah di Indonesia.

"OP memang dapat menahan laju kenaikan harga kebutuhan pokok. Paling tidak, dapat meredam, meskipun harga tetap bertahan tinggi," ujarnya Dia mencontohkan, sebelum Ramadhan, harga daging sapi sudah tinggi di kisaran Rp110.000 per kg, namun memasuki bulan puasa hanya naik tipis di kisaran Rp 15.000-Rp120.000 per kg, karena adanya OP.

"Bila tidak ada OP dan keterlibatan semua pihak, termasuk Bulog, maka potensi kenaikan harga daging sapi bisa jauh lebih tinggi lagi," katanya.

Khudori mengatakan, agar dapat menekan harga lebih rendah, seharusnya pemerintah sudah mengeluarkan izin impor jauh-jauh hari sebelumnya.

Dengan demikian, pasokan pangan sudah masuk ke pasar, maka ketika permintaan meningkat, pasokan dapat mengimbangi sehingga tidak ada kelangkaan pasokan yang menyebabkan harga meningkat.

Namun, karena izin impor baru dikeluarkan saat sudah mendekati Ramadhan, tambahnya, maka otomatis tidak bisa mendorong pasokan pangan langsung bertambah.

Pasalnya, butuh waktu antara memesan dari negara lain dan mendatangkannya ke Indonesia, sehingga terjadilah kekhawatiran di pasar pasokan berkurang. Ini yang menyebabkan harga pangan melambung.

Khudori mencontohkan, ketika Bulog baru mendapatkan kuota izin impor daging sapi menjelang Ramadhan sebanyak 10.000 ton, realisasi impor daging ini baru 900 ton saat menjelang Lebaran, akibatnya, pemerintah gagal membanjiri pasar dengan pasokan pangan yang berlimpah.

Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti mengakui, pihaknya tidak dapat merealisasikan importasi daging sapi sebanyak 10.000 ton selama Ramadhan sebab, pada waktu bersamaan, pemerintah juga membuka keran impor untuk swasta, sehingga di pasar eskspor terjadi rebutan daging.

Meskipun demikian, lanjutnya, Bulog tetap menjalankan komitmen menjual daging di pasaran di kisaran Rp80.000 per kg.

"Kami ingin menjadi pasar alternatif bagi konsumen untuk mendapatkan harga pangan yang lebih terjangkau dan murah," ujar Djarot. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: