Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nilai Pound Anjlok, Biaya Operasional EasyJet Meningkat Tajam

Oleh: ,

Warta Ekonomi, Jakarta -

CEO EasyJet Carolyn McCall mengatakan bahwa biaya operasional maskapai meningkat hingga £ 40 juta (US$ 53 juta) hanya dalam empat minggu, akibat jatuhnya nilai pound pasca Brexit.

Kepada BBC, McCall mengatakan bahwa anjloknya nilai pound terhadap dolar telah membuat bahan bakar, yang dibeli perusahaan dalam dolar AS, menjadi lebih mahal. Ia menambahkan bahwa peningkatan biaya bepergian ke luar negeri telah menghalangi beberapa wisatawan Inggris untuk melakukan perjalanan. Sterling telah kehilangan lebih dari 10 persen nilainya terhadap dolar sejak Brexit.

Komentar Ms McCall tersebut datang setelah EasyJet merilis hasil kuartalan, yang memperingatkan bahwa pendapatan maskapai per penumpang mengalami penurunan.

Meskipun jumlah penumpang telah meningkat hingga 20,2 juta, cuaca ekstrim, pemogokan petugas pengendali lalu lintas udara (ATC) di 11 negara Uni Eropa serta serangan teroris, telah berkontribusi terhadap penurunan hampir 8 persen di "pendapatan per kursi", yang menjadi ukuran utama dan mendapat pengawasan ketat oleh investor.

Banyaknya peristiwa eksternal yang terjadi, dianggap McCall sebagai penyebab yang harus dipersalahkan, mulai dari Sharm el-Sheikh, Paris, Brussels dan yang terbaru, teror Nice dan Kudeta Turki.

Kendati demikian, McCall berpendapat bahwa penurunan pendapatan bermanfaat bagi pelanggan, sebab artinya biaya penerbangan menjadi lebih murah karena harga tiket yang rendah. Devaluasi pound pasca-Brexit juga berdampak pada kepercayaan konsumen. Namun, EasyJet mengonfirmasi bahwa pihaknya tidak akan memindahkan karyawannya dari kantor pusat di Luton Inggris, terlepas dari hasil negosiasi Brexit.

"Kami melihat peluang. Kami akan terus tumbuh di Inggris dan tidak akan ada markas baru," kata McCall, seperti dikutip dari laman BBC di Jakarta, Jumat (22/7/2016).

EasyJet merupakan maskapai yang menjadi pemain utama di negara-negara seperti Perancis, Belanda, dan Swiss.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: