Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Berdayakan Industri Kreatif Untuk Kebangkitan Ekonomi Indonesia

Warta Ekonomi, Jakarta -

Presiden RI Joko Widodo saat membuat pameran karya lukis koleksi Istana di Galeri Nasional pada bulan Agustus 2016, pernah menyatakan: "Tanpa kreativitas yang tinggi, bangsa ini akan digulung oleh arus sejarah." Hal tersebut menunjukkan bahwa sang Kepala Negara sepakat bahwa kreativitas merupakan esensi penting guna menumbuhkan inovasi yang kerap menjadi salah satu kunci dalam rangka membangkitkan kinerja perekonomian dan pencapaian budaya suatu bangsa.

Tidak hanya Presiden, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Sutan Adil Hendra juga mengemukakan bahwa sektor industri kreatif selayaknya didorong untuk menjadi tulang punggung perekonomian, terutama bagi kalangan pelaku usaha kecil dan menengah di Indonesia.

"Pertumbuhan industri kreatif Indonesia sebagai tulang punggung ekonomi kreatif dapat dikembangkan dari pemberian pelatihan teknis dan peningkatan kapasitas para pelaku," kata Sutan Adil Hendra.

Menurut politikus Partai Gerindra itu, salah satu upaya peningkatan kapasitas pengusaha industri kreatif, antara lain, bisa berbentuk penanaman modal.

Sumber dari penanaman modal tersebut, lanjut dia, dapat diperoleh, antara lain, dari kredit usaha rakyat (KUR) dan kerja sama pengembangan dengan investor.

"Untuk mengakses modal perbankan dan investor para pelaku UKM kreatif perlu difasilitasi secara khusus dalam hal peningkatan keterampilan di bidang permodalan dan pengelolaan keuangan," paparnya.

Selain itu, kata dia, industri kreatif harus memiliki tata kelola keuangan yang akuntabel, manajemen usaha yang baik dan rencana bisnis yang layak untuk dikembangkan.

Untuk itu, dia meminta Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dapat membuat program unggulan yang bisa merangsang tumbuhnya pelaku usaha kreatif di Tanah Air.

Sejumlah kementerian, seperti Kementerian Perindustrian, juga telah mendorong para pelaku industri kreatif untuk terus berinovasi seiring dengan perkembangan tren dan teknologi terkini yang tidak hanya menciptakan ide atau penemuan baru, tetapi juga bisa dikomersialisasikan.

"Kondisi Indonesia yang heterogen dan kaya akan keragaman sosiokultural memberikan sumber inspirasi bagi masyarakat kita untuk kreatif dan berinovasi," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Haris Munandar.

Dalam konteks bisnis atau industri, kata Haris Munandar, inovasi bernilai komersial merupakan kreasi, pengembangan, dan implementasi suatu produk atau layanan baru dengan tujuan meningkatkan efisiensi, efektivitas, ataupun keunggulan bersaing.

Dalam hal pembiayaan, sejumlah lembaga, seperti Startup World Cup, bersama Bekraf juga menggelar kompetisi untuk membawa perusahaan rintisan (startup) lokal di enam kota ke jenjang dunia.

Selain bertujuan menghubungkan Indonesia dengan ekosistem startup dunia, kompetisi ini juga menawarkan pendanaan sebesar 1.000.000 dolar AS (Rp14 miliar) untuk startup terbaik.

"Melalui hubungan kami bersama Bekraf, kami yakin bisa bersama-sama membantu Indonesia mencapai target 'teknopreneur' dan mengembangkan ekosistem Indonesia menjadi salah satu yang terkuat di dunia," kata Kepala Startup World Cup sekaligus General Partner dan CEO dari Fenox VC Anis Uzzaman.

Pengusaha Pemula Sementara itu, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia mendorong Bekraf mewadahi pengembangan wirausahawan dan pengusaha pemula dengan menyalurkan dana program yang diperlukan.

"Hipmi akan berupaya untuk mendorong Bekraf dalam penyerapan anggaran dengan cara meningkatkan jumlah pengusaha pemula yang bergerak di bidang ekonomi kreatif dengan mengadakan program pemberian dana dan dukungan untuk pengusaha yang bergelut di bidang UMKM," kata Ketua BPP Hipmi Bidang Organisasi Anggawira.

Ia mengatakan bahwa Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengeluarkan daftar kementerian/lembaga yang memiliki serapan anggaran rendah dalam 6 bulan pertama 2016.

Salah satu lembaga yang tercatat masih lemah dalam penyerapan anggaran adalah Bekraf sehingga Hipmi ingin mendorong Bekraf agar dapat memperbaiki realisasi penyerapan anggaran dengan mendukung pengusaha pemula di Indonesia.

Langkah itu, lanjut Anggawira, dinilai akan memberi hasil yang efektif bila dilakukan secara konsisten dan kontinu.

Pasalnya, menurut dia, untuk memperbaiki serapan anggaran yang hanya sebesar 5 persen itu tidak dapat dilakukan secara instan, tetapi memerlukan serangkaian proses, dan dibutuhkan kerja sama yang kuat antarlembaga.

"Untuk dapat meningkatkan jumlah penyerapan anggaran tersebut dibutuhkan upaya berkala dan hubungan kerja sama yang kuat. Inilah yang membuat Hipmi tergerak untuk bersinergi dengan Bekraf dalam mengoptimalkan industri kreatif," katanya lagi.

Ia memaparkan bahwa negara memiliki banyak sekali pengusaha muda yang kreatif dan berpotensi mendorong perekonomian dalam negeri. Misalnya, industri pariwisata, kuliner, dan fesyen.

Dalam kaitannya dengan jaringan global, Bekraf juga telah melakukan kerja sama dengan berbagai pihak luar, seperti dengan lembaga Dewan Film Korea Selatan (KOFIC) berkolaborasi guna mendorong kualitas film.

"Pelaku industri perfilman Indonesia dan Korea hadir untuk berbagi informasi, pengalaman, dan teknologi dari perusahaan masing-masing," kata Kepala Bekfar Triawan Munaf di Jakarta, Rabu (10/8).

Kepala Bekraf mengemukakan bahwa terwujudnya kerja sama yang antara lain menargetkan rumah produksi lokal dan jasa efek visual serta animasi itu adalah agar mampu meningkatkan kualitas, kuantitas, dan jangkauan perfilman Indonesia di kancah global.

Triawan memaparkan bahwa tujuan dari kebijakan tersebut adalah guna merangsang ketertarikan bisnis dan menarik investasi asing di industri perfilman, baik dalam bentuk produksi, distribusi, maupun eksibisi.

Ia mengingatkan bahwa selama 1 dekade terakhir telah ada bukti nyata perkembangan positif industri film dalam berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja di Indonesia.

Hambatan Modal Bekraf juga telah bekerja sama dengan sejumlah pihak guna mengatasi hambatan modal yang lazimnya dihadapi oleh sejumlah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang bergerak di sektor kreatif.

"Tidak bisa dipungkiri, selama ini yang menjadi hambatan dari pelaku ekonomi kreatif tersebut adalah keterbatasan modal mereka untuk mengembangkan usaha," kata Deputi Akses Permodalan Bekraf Fadjar Hutomo.

Menurut Fadjar Hutomo, di sinilah pentingnya peran pemerintah dalam memberikan solusi yang tidak hanya melalui pinjaman modal, tetapi juga model pembinaan.

Bekraf juga telah menandatangani perjanjian kerja sama, antara lain, dengan Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (LPDB-KUMKM).

Kerja sama itu dalam rangka dukungan permodalan bagi KUMKM pelaku usaha di bidang ekonomi kreatif nasional.

"Pengembangan industri ekonomi kreatif di Indonesia perlu mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Bekraf bertujuan membangun ekosistem industri kreatif di masing-masing subsektor ekonomi kreatif," ucapnya.

Bekraf melalui Deputi Akses Permodalan memiliki program yang disebut Dekraf (Dana Ekonomi Kreatif) yang merupakan bentuk komitmen dari berbagai sumber dana dan lembaga keuangan yang ada untuk menyediakan dan meningkatkan portofolio pendanaan/permodalan ke sektor ekonomi kreatif.

Melalui Deputi Akses Permodalan, Bekraf memberikan edukasi dan dukungan kepada pelaku ekonomi kreatif dalam mendapatkan modal usaha.

Dengan kerja sama ini, diharapkan industri ekonomi kreatif dapat berkembang dan mencapai target yang dicanangkan oleh Pemerintah, yaitu menyumbang 12 persen dari PDB nasional pada tahun 2019. Ant.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Leli Nurhidayah

Advertisement

Bagikan Artikel: