Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Roh Baru Indonesia dan Malaysia Hadapi Kampanye Negatif Kelapa Sawit

Warta Ekonomi, Kuching -

Ketua Gabungan Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono dan Ketua Sarawak Oil Palm Plantation Owner Datuk Abdul Hamed Sepawi sepakat agar produsen kelapa sawit Indonesia dan Malaysia terus bahu-membahu menghadapi kampanye negatif terhadap industri kelapa sawit yang dilakukan oleh banyak lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau NGO (nongovernment organization) asing.

"Ya, kita harus saling membantu," ujar Joko Supriyono di sela-sela Press Conference 15th International Peat Congress 2016 di Hotel Pullman, Kuching, Sawarak, Malaysia.

Selama ini memang sudah ada lembaga yang namanya Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) alias Dewan Negara-negara Penghasil Minyak Sawit. CPOPC dibentuk dua negara, Indonesia-Malaysia, dengan tujuan mengendalikan harga minyak sawit global. Lewat dewan ini, daya saing dan harga sawit Indonesia-Malaysia di pasar internasional akan lebih baik. Di atas semua itu, nasib dan kesejahteraan petani pun akan meningkat.

Dalam pembicaraan Warta Ekonomi dengan Joko Supriyono, dikatakan proses pembentukan lembaga ini sedang berjalan.

"Karena ini lintas negara maka perjanjiannnya membutuhkan ratifikasi internasional," ujar Joko.

Aura melawan kampanye negatif terhadap kelapa sawit ini memang sangat terasa di event ini. Semacam ada "roh baru" yang muncul terhadap "kebodohan" ditindas NGO. "Indonesia dan Malaysia adalah prodesen sawit terbesar dunia. Seharusnya kita bisa mengendalikan bisnis ini," ujar Lulie Melling, Congress Secretary 15th International Peat Congress 2016.

Apa langkah-langkah yang akan diambil? Pertama, ujar Hamed, harus diidentifikasi terlebih dulu masalah-masalah dan pola serangan para LSM asing.

"Bayangkan saja, orang utan dan harimau mati, kita yang disalahkan," ujar Hamed.

Pola ini, lanjutnya, tidak berbeda jauh dengan pola penjajahan VOC terhadap Indonesia di masa kolonial dulu. Kedua, lanjutnya, baru dibangun strategi yang tepat untuk melawan kampanye tersebut.

"Sekarang kami sedang menyiapkannya," ujar Hamed. Seperti apa strateginya? "Sekarang belum dapat disampaikan," ujar Hamed.

Yang pasti, ujar Hamed, semangat untuk melawan itu kini semakin menggelora.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhamad Ihsan
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: