Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Emisi Gas Rumah Kaca Belanda Naik Lima Persen Akibat Batu Bara

Warta Ekonomi, Amsterdam -

Emisi gas rumah kaca di Belanda pada 2015 naik sebanyak lima persen dibandingkan satu tahun sebelumnya, kata Badan Statistik negeri itu, Senin (6/9/2016).

Angka itu menunjukkan Belanda kesulitan mencapai targetnya mengurangi emisi sesuai Protokol Kyoto 2020.

Badan tersebut mengatakan, kenaikan emisi disebabkan tingginya jumlah penggunaan bahan bakar batubara.

Tiga pembangkit listrik batubara baru telah diresmikan pada 2015. Opsi itu dipilih karena pembangkit berbahan gas cukup mahal biaya operasinya walau menghasilkan lebih sedikit karbon dioksida.

Pengadilan pada Juni 2015 menyatakan, pemerintah pimpinan Perdana Menteri Mark Rutte gagal memastikan Belanda akan mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca hingga 25 persen dari jumlahnya pada 1990 sampai 2020 mendatang.

Alhasil, pihak itu memerintahkan pemerintah mengubah kebijakan terkait.

Pemerintah sepakat menjalankan keputusan tersebut walaupun tak menjelaskan rinciannya hingga musim gugur.

Menteri Ekonomi Henk Kamp menjelaskan, solusi nantinya mencakup peningkatan pembiayaan untuk program energi terbarukan, proyek karantina karbon, dan pengelolaan energi panas bumi.

Ia mengatakan, pemerintah akan mempertimbangkan menutup dua pembangkit listrik batubara - tetapi bukan tiga fasilitas yang beru saja dibangun perusahaan Jerman E.ON dan RWE, serta korporasi Prancis Engie, senilai 5,5 miliar euro (6,13 miliar dolar Amerika Serikat).

Hasil kajian konsultan CE dari Delft pekan lalu memperlihatkan, strategi termurah mencapai target pada 2020 adalah menutup satu dari tiga pembangkit yang baru.

Namun, Kamp dalam siaran televisi Minggu mengatakan tak berencana melakukan hal tersebut.

"Ketiganya adalah pembangkit listrik batu bara paling ramah lingkungan di Eropa, tentunya kami tak akan menutup fasilitas tersebut," kata Kamp.

Emisi karbon dioksida di Belanda tercatat dua persen lebih tinggi pada 2015 dibanding pada 1990. Peningkatan terjadi khususnya akibat penggunaan bahan bakar batubara.

Secara keseluruhan, emisi gas rumah kaca tahun lalu di negara itu lebih rendah 12 persen dibanding nilainya pada 1990. Pasalnya, penggunaan metana, nitro oksida, dan florin yang mengandung gas telah banyak berkurang. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: