Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Media Harus Kembangkan Konten Positif Hadapi 'Mediamorfosis'

Media Harus Kembangkan Konten Positif Hadapi 'Mediamorfosis' Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Nusa Dua -

Direktur Jenderal Informasi Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika, Niken Widiastuti mengatakan bahwa media saat ini harus mengikuti perkembangan teknologi untuk mengembangkan konten positif menghadapi mediamorfosis yang kerap berisi informasi negatif.

"Media harus lebih proaktif di dalam meningkatkan konten karena ada media sosial yang konten negatifnya juga cukup banyak seperti radikalisme, pornografi dan ujaran kebencian," katanya saat menghadiri pembukaan Asia Pasific Broadcasting Union (ABU) ke-85 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Senin (24/10/2016).

Menurut dia, perkembangan saat ini mengarah kepada "mediamorfosis" atau transformasi media karena adanya perkembangan teknologi, sosial dan politik salah satunya melalui internet dan sosial media yang tidak jarang menampilkan informasi negatif.

Sehingga untuk menandingi konten negatif yang masuk "blacklist" atau daftar hitam tersebut, Niken lebih lanjut mengharapkan media harus menciptakan konten yang bersifat "whitelist" atau konten yang berisi informasi positif.

"Produksi berita bagus, berita yang memberikan optimisme, perdamaian dan pembangunan itu harus terus dikembangkan," ujar mantan Direktur Utama RRI itu.

Sehingga media tidak hanya mencerahkan, memberikan informasi dan mendidik serta memberdayakan masyarakat tetapi juga memberikan optimisme kepada masyarakat apalagi media saat ini tidak hanya bersiang di dalam negeri tetapi juga antarnegara.

Terkait penyelenggaraan ABU ke-85 yang digelar di Bali, media di Indonesia juga diharapkan turut mengambil momentum untuk mengikuti perkembangan teknologi, manajemen penyiaran dan pengembangan konten yang tengah dikembangkan media anggota.

Tidak hanya itu, Indonesia yang menjadi tuan rumah forum organisasi non-profit tersebut diharapkan menjadi cara berdiplomasi Indonesia di mata internasional.

"Ini juga dapat meningkatkan posisi Indonesia di internasional sebagai 'second track diplomacy'," kataya. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: