Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

UPS Pesan 14 Pesawat Boeing Senilai US$5,3 Miliar

UPS Pesan 14 Pesawat Boeing Senilai US$5,3 Miliar Kredit Foto: Reuters/Pascal Rossignol
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perusahaan jasa ekspedisi dan kargo United Parcel Service (UPS) telah memesan 14 unit pesawat jenis Boeing 747 dalam sebuah kesepakatan senilai US$5,3 miliar. Pemesanan tersebut menjadi angin segar bagi Boeing lantaran sebelumnya dikabarkan bahwa kemungkinan pemesanan bisa saja gagal.

Perusahaan memperingatkan pada Juni lalu bahwa pesawat ikonik 'Jumbo Jet' menghadapi penurunan pesanan dan tekanan harga. Bahkan kondisi tersebut sempat membuka kemungkinan Boeing untuk menghentikan produksi pesawat apabila pesanan tetap rendah.

Pembelian tersebut secara signifikan menambah catatan pesanan Boeing ketika pesaingnya Airbus masih berjuang menjual pesawat berbadan lebar. Pemesanan yang meliputi 14 pesawat Boeing 747 tersebut mencerminkan permintaan untuk memperkuat angkutan udara.

"Kami memiliki permintaan dan pesawat tersebut memungkinkan kami untuk menangani permintaan dasar itu," kata CEO David Abney seperti dikutip dari laman BBC di Jakarta, Sabtu (29/10/2016).

Lambannya penjualan 747-8, versi terbaru dari pesawat empat mesin yang pertama terbang pada tahun 1969, memaksa Boeing memangkas produksi untuk enam tahun. Pada Juli, perusahaan memperingatkan produksi pesawat mungkin akan berhenti apabila pesanan tetap rendah.

Pesawat dua mesin berukuran serupa yang lebih hemat bahan bakar telah menyusul 747 sebagai pesawat penumpang. Namun, pesawat 747-8 memberikan kemampuan untuk membawa kargo besar. Pelemahan penjualan juga terjadi pada pesawat jenis Airbus empat mesin jet penumpang A380.

UPS berencana menggunakan 747-8 untuk menghubungkan rute Eropa ke Asia, dan Asia ke Amerika Serikat. Pesawat tersebut memang lebih tua dan akan menggantikan pesawat yang lebih kecil sehingga mampu menambah kapasitas.

"Kami mungkin hanya menambahkan 14 saat ini tapi bisa jadi akan bertambah berkali lipat dengan kapasitas dan lokasi yang lebih besar," kata Abney.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Gregor Samsa
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: