Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

64 Persen Bisnis Keluarga Terus Tumbuh

64 Persen Bisnis Keluarga Terus Tumbuh Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Meskipun tingkat ketidakpastian kondisi ekonomi dunia yang ada pada saat ini, hampir dua pertiga (64%) bisnis keluarga mencatat pertumbuhan selama setahun terakhir, menurut survei global baru terhadap 2.800 bisnis keluarga di 50 negara oleh PwC.

Sektor bisnis keluarga tetap memiliki rencana ambisius dan merencanakan pertumbuhan bisnis selama lima tahun ke depan meskipun adanya perlambatan ekonomi global. Hanya satu dari lima bisnis keluarga yang melaporkan penurunan penjualan dalam waktu dua tahun terakhir.

Menurut temuan survei global PwC tentang bisnis keluarga yang diadakan dua tahun sekali "The ?Missing Middle: Bridging the strategy gap in family firms", bisnis keluarga di Asia Pasifik adalah yang paling ambisius, karena 21% dari mereka merencanakan pertumbuhan terpesat dan teragresif.

Entrepreneurial and Private Clients Leader dari PwC Indonesia, Michael Goenawan, mengatakan "Bisnis keluarga di Indonesia juga optimis tentang prospek pertumbuhan di tahun-tahun mendatang, dengan rencana mereka yaitu berfokus kepada bisnis utama di pasar yang sudah ada dengan melakukan ekspansi ke area bisnis atau pasar yang baru. Mayoritas dari mereka berpendapat kekuatan bisnis keluarga berada dalam kemampuan kewirausahaan, organisasi yang lebih efektif dan sederhana, dan pengambilan keputusan yang dapat lebih cepat dilakukan," katanya dalam keterangan tertulis Senin (7/11/2016).

Bisnis keluarga di Indonesia juga mengakui pentingnya peranan digitalisasi dan manfaatnya terhadap bisnis mereka. "Kami akan mengeluarkan laporan khusus terkait survei responden dari Indonesia di bulan November ini," imbuhnya.

Bisnis keluarga di Eropa Barat dan Amerika Utara memiliki ambisi yang lebih rendah dalam perencanaan pertumbuhan bisnis yang cepat dan agresif (masing-masing 10% dan 12%) karena responden di kawasan ini sebagian besar memprediksi pertumbuhan ekonomi yang stabil. Secara global, 15% responden merencanakan pertumbuhan yang pesat dan agresif dan 70% responden merencanakan pertumbuhan yang stabil selama lima tahun ke depan.

Dalam jangka pendek, responden menyatakan Brexit tidak berpengaruh terhadap rencana pertumbuhan bisnis mereka (hanya 15% dari responden global yang mengatakan Brexit akan berdampak negatif). Tingkat kekhawatiran tentang dampak Brexit dalam waktu 1-2 tahun ke depan berada pada tingkat tertinggi di Inggris (38% - lebih dari dua kali lipat rerata responden global sebesar 15%) dan di antara negara-negara UE (22%).

Secara global, 83% mengatakan mereka tidak berencana untuk mengambil tindakan khusus karena Brexit. Meskipun pertumbuhan yang diperkirakan stabil, laporan ini memperingatkan pertumbuhan bisnis keluarga dapat terhalang oleh kurangnya perencanaan strategis dalam perusahaan dibandingkan dengan faktor ekonomi atau faktor eksternal lainnya.

Faktanya, banyak permasalahan yang kini dihadapi oleh bisnis keluarga disebabkan oleh kurangnya perencanaan strategis. Akibatnya, banyak perusahaan keluarga yang tidak dapat melanjutkan keberhasilan di awal bisnis menjadi sukses yang berkesinambungan.

Sebagian bisnis keluarga sudah dapat mengelola perencanaan strategis dengan baik, namun banyak dari mereka yang terjebak dalam isu-isu operasional dan perbedaan ekspektasi antara generasi awal dengan generasi penerus dari bisnis keluarga. PwC juga menemukan dari beberapa survei yang telah dilakukan aspek-aspek yang terkait suksesi, diversifikasi bisnis, digital, keamanan siber, dan inovasi tidak ditangani dengan baik.

Stephanie Hyde, Global Entrepreneurial & amp, Private Business leader, PwC, menuturkan ?Sangat jelas perusahaan keluarga akan tetap menjadi bagian yang vital dari ekonomi di dunia karena kontribusi terhadap PDB dan penciptaan lapangan pekerjaan yang besar di berbagai negara,? katanya

Menurutnya, secara keseluruhan dapat disimpulkan kinerja dan prospek pertumbuhan perusahaan keluarga akan tetap kuat karena tahap profesionalisasi bisnis yang telah dilakukan, namun sayangnya perencanaan strategis belum dilakukan dengan baik.

"Tanpa perencanaan strategis, ambisi pertumbuhan bisnis yang tinggi hanya akan sekedar menjadi aspirasi. Pertumbuhan dan perluasan bisnis menjadi terbatas dan perusahaan terpapar dengan risiko tambahan yang belum diantisipasi,? imbuhnya.

Dalam tiga survei berturut-turut, bisnis keluarga rata-rata telah memiliki sekitar seperempat dari penjualan ke luar negeri dengan aspirasi yang meningkatkannya menjadi sepertiga dari total penjualan. Sayangnya dalam setiap survei, realisasi penjualan internasional tersebut masih berkutat di kisaran 25%. Satu dari tiga bisnis keluarga masih hanya beroperasi di satu sektor saja. Di negara asal mereka dan sekitar 80% bisnis keluarga merencanakan untuk mulai mengekspor produk mereka dalam waktu lima tahun mendatang.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Leli Nurhidayah
Editor: Leli Nurhidayah

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: