Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Laba Sainsbury Anjlok 10 Persen di Paruh Pertama 2016

Laba Sainsbury Anjlok 10 Persen di Paruh Pertama 2016 Kredit Foto: Cahyo Prayogo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Jaringan supermarket Inggris Sainsbury's melaporkan penurunan laba di babak pertama 2016 akibat penjualan yang terus menurun.

Mengutip?BBC?di Jakarta, Kamis (10/11/2016), Sainsbury's membukukan penurunan laba sebesar 10,1 persen di paruh pertama 2016 menjadi ? 277 juta.?

Raksasa supermarket tersebut mengatakan penjualan turun 1 persen dalam 28 minggu yang berakhir pada 24 September. Meski pasar tetap kuat, tekanan pada harga terus berdampak pada margin.

Sainsbury's menambahkan bahwa efek dari kemerosotan nilai pound menimbulkan ketidakpastian pada peritel.

Saham supermarket terbesar kedua di Inggris tersebut turun lebih dari 5 persen dalam perdagangan pagi di FTSE 100.

Meski mengalami penurunan penjualan, CEO Mike Coupe mengatakan Sainsbury telah membuat kemajuan yang baik dalam menggunakan strateginya untuk Inggris.

"Kami telah berinvestasi dalam kualitas produk kami sekaligus mengurangi harga barang-barang sehari-hari, memberikan pertumbuhan volume dan mengalahkan pasar dalam layanan pelanggan dan ketersediaan barang," kata Coupe.

Awal tahun ini, Sainsbury's membeli Argos, yang merupakan anak usaha Home Retail Group untuk memperluas penawaran produk non-makanan di toko-tokonya.

"Pada natal ini kami akan membuka 30 toko digital Argos dan selanjutnya membuat koleksi poin digital di supermarket kami," kata Coupe.

Sainsbury's ingin menempatkan 250 outlet Argos di supermarket-supermarketnya selama tiga tahun ke depan.

Rantai peritel diskon Jerman Aldi dan Lidl telah berkembang pesat di Inggris, mengalahkan Sainsbury dan para pesaingnya, termasuk Tesco, Morrisons dan Asda.

Jaringan supermarket tengah berjuang dengan memotong harga produk sehari-hari, ketimbang menjalankan promosi.

Sterling menurun sekitar 16 persen terhadap euro dan 19 persen terhadap dolar sejak Inggris pada bulan Juni memutuskan untuk meninggalkan Uni Eropa. Penurunan tajam dalam nilai pound telah membuat pemasok dan? pengecer berurusan dengan efek tagihan yang lebih tinggi untuk barang-barang impor.

Kasus terbaru dari pertempuran antara pemasok dan pengecer, terjadi antara Unilever dengan Tesco. Unilever bersikukuh untuk menaikkan harga sekitar 10 persen terkait kompensasi penurunan nilai pound, akibatnya Tesco menghentikan penjualan produk Unilever di situsnya. Sementara itu, berbeda dengan Unilever,?Nestle?lebih menargetkan volume penjualan ketimbang menaikkan harga.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Gregor Samsa
Editor: Vicky Fadil

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: