Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Efisiensi dan Restrukturiasi Manajemen Adalah Inovasi

Efisiensi dan Restrukturiasi Manajemen Adalah Inovasi Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pertumbuhan ekonomi sangat erat kaitannya dengan inovasi. Tanpa inovasi bisnis tidak akan berkembang, ekonomi tidak akan bisa maju. Inovasi juga menjadi tuntutan mengikuti perkembangan jaman yang mengubah keinginan dan kebutuhan manusia sebagai mahkluk ekonomi. Namun masih ada beberapa pandangan yang salah atau sempit tentang inovasi itu sendiri.

Menurut Founder dan CEO Indonesia Economic Forum Shoeb Kagda, inovasi tidak melulu penggunaan teknologi canggih. Di sisi lain inovasi juga dapat dilakukan melalui efisiensi dan restrukturisasi manajemen.

Shoeb Kagda mengungkapkan teknologi berkaitan dengan infrastruktur itu memang dibutuhkan, tapi selain itu juga perlu bagaimana melakukan efisiensi cara kerja. Misal dalam hal kesehatan, inovasi yang dapat dilakukan adalah bagaimana dapat mengendalikan kesehatan itu untuk memaksimalkan cara penanganannya.

Sejauh ini, menurut Shoeb, pemerintah Indonesia sudah mulai melakukan inovasi di proyek-proyek strategis. Tapi masih perlu dipercepat, sebab inovasi bersifat lompatan. Saat ini inovasi bukan lagi incremental change, yang terjadi sedikit demi sedikit.

Tapi zaman benar-benar sudah berubah, sekarang perubahan terjadi secara eksponential change, bahkan dalam satu tahun itu bisa terjadi. Artinya, suatu industri yang saat ini masih hidup, belum tentu tahun depan dapat hidup sebab kondisi sudah berubah total maka perlu adanya inovasi.

"Sebagai contoh, telepon kabel saat ini sudah kalah dengan telepon genggam. Zaman juga sudah serba otomatis, bahan bakar sebagian sudah beralih ke elektik," bebernya.

Indonesia sebagai negara terbesar, pemerintah harus mengambil langkah yang bijak. Kalau tidak melakukan inovasi, imbuhnya, akan kalah?bersaing dengan pelaku bisnis dari negara lain. Dengan jumlah pasar yang besar, ia mengatakan negara ini hanya akan menjadi konsumen atau menjadi produsen itu adalah pilihan.

"Maka dari itu, pemerintah harus inovasi. Kalau kita tidak ikut, kita akan dilewati," katanya.

Dalam pembangunan infrastruktur, lanjut Shoeb, saat ini isunya adalah siapa yang akan membiayai pemerintah atau swasta. Tapi yang lebih penting, menurut dia, adalah perlu dilihat dari sisi ekonomi, apa value yang ditawarkan, jadi bukan hanya soal cost. Seharusnya hal seperti itu yang diperhatikan sebab siapa saja bisa membiayai asal ada value yang jelas.

Untuk itu, yang perlu dilakukan adalah menciptakan inovasi untuk membuat model bagaimana dapat menghitung value yang ditawarkan untuk sebuah proyek. Dengan demikian, dapat lebih fokus pada value yang ditawarkan, selain itu juga bisa meminimalisasi cost.

Untuk melihat industri apa yang paling potensial, lanjut Shoeb, perlu melihat kekuatan yang dimiliki. Indonesia saat ini memiliki industri tekstil yang sudah lama berjalan. Untuk memajukannya bisa berinovasi dalam hal bahan dan sistem. Dan banyak inovasi lainnya, seperti perlunya mengadopsi teknologi baru atau sistem baru.

Namun yang menjadi isu saat ini dalam industri tekstil adalah bagaimana mengintensifkan tenaga kerja. Dengan upah yang mahal biaya produksi menjadi semakin tinggi sehingga tidak bisa kompetitif lagi. Inovasi dalam penggunaan teknologi baru bisa dilakukan, tapi hal itu bisa berdampak pada pengurangan tenaga kerja.

"Saat ini pemerintah juga selalu berpikiran hal itu akan berdampak pengurangan kesempatan kerja, tapi berpikir membuka kesempatan kerja baru. Kita selalu takut kita akan rugi, tapi kita tidak pernah melihat apa yang bisa kita manfaatkan," tegasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: