Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mulai Januari 2017, Kemenhub Berikan Subsidi Pelayaran Rute Jakarta-Surabaya

Mulai Januari 2017, Kemenhub Berikan Subsidi Pelayaran Rute Jakarta-Surabaya Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Perhubungan akan memberikan subsidi untuk pelayaran jarak dekat atau "short sea shipping" rute Jakarta-Surabaya.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam diskusi yang bertajuk "Memangkas Biaya Logistik dan Mendukung Pariwisata dengan Feri Jarak Jauh" di Jakarta, Selasa (22/11/2016) mengatakan langkah subsidi tersebut untuk menarik para pelaku usaha dalam mendistribusikan barang yang saat ini 90 persen masih melalui jalan darat.

"'Short sea shipping' Jakarta-Surabaya akan diberikan subsidi untuk tetap menarik para pelaku usaha beralih ke moda laut dalam pengiriman barang," katanya.

Budi mengatakan rute Jakarta-Surabaya yang dipilih karena tidak ada selat di antaranya berbeda dengan rute Pelabuhan Panjang, Lampung-Tanjung Priok, Jakarta di mana dipisah dengan selat, sehingga tarifnya lebih murah.

"Jakarta-Panjang itu sudah bagus, jadi ciri-ciri yang sudah benilai ekonomi apabila melalui selat karena terdapat waktu tunggu, lebih murah," katanya.

Budi menyebutkan rute Jakarta-Surabaya merupakan bagian dari jalur pelayaran jarak dekat Panjang-Jakarta-Semarang-Surabaya-Lembar-Bima-Maumere-Timika.

Dia mengatakan untuk subsidi rute Jakarta-Surabaya akan dimulai pada Januari 2017.

"Ini sedang kita rumuskan mekanisme dan skemanya seperti apa," katanya.

Budi mengatakan telah meminta kepada PT ASDP Indonesia Ferry agar rute-rute pelayaran jarak dekat tersebut dilintasi oleh kapal Ferry atau jenis Ro-Ro jarak jauh.

Dia menjelaskan pengoperasian kapal Ferry lebih efisien dibandingkan dengan kapal kontainer karena lebih fleksibel terhadap berat, ukuran dan jenis barang yang akan dikirim.

Selain itu, lanjut dia, proses muat dan sandar juga lebih singkat.

Budi menuturkan dorongan untuk pengoptimalan jalur laut tersebut agar tidak membebani jalan darat sebab penggunaannya sudah mencapai 90 persen, sementara laut masih bi dawah 10 persen.

"Selama ini masyarakat kita belum melihat laut sebagai 'halaman depan', selalu dijadikan 'halaman belakang', padahal laut adalah anugerah Tuhan yang diberikan, tidak perlu biaya 'maintenance' (perawatan)," katanya.

Dia menambahkan pihaknya telah bertemu dengan Gubernur Bali yang mengeluhkan jalan darat Jawa-Balir rusak karena sudah terbebani dilintasi banyak angkutan barang.

"Namun kita masih menemukan ego sektoral, di antaranya adanya Pemda yang selalu ingin daerahnya disinggahi, itu 'kan tidak ekonomis," katanya.

Budi mengatakan tujuan akhirnya adalah memangkas biaya logistik yang diperkirakan akan berkurang 20 persen dari struktur biaya di pelabuhan.

Dia merinci struktur biaya logistik, di antaranya 30 persen ada di pelayaran, 30 persen di darat dan 40 persen di pelabuhan.

Karena kapal Ro-Ro tidak membutuhkan biaya pelabuhan dan bongkar muat, Budi mengatakan komponen biaya di situ bisa dipangkas.

"Kalau Ro-Ro ini berjalan, kita bisa ambil yang 40 persen ini, mungkin bisa kita turunkan 20 persen," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Pelaksana Tugas Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry Faik Fahmi mengatakan meskipun tarif pelayaran lebih mahal daripada jalur darat, secara biaya keseluruhan bisa lebih efisien.

Faik menjelaskan waktu tempuh pengiriman barang melalui jalur laut jauh lebih singkat, yaitu hanya 21 jam dibandingkan dengan jalur darat 48 jam untuk Surabaya-Lembar.

"Ini menguntungkan secara total karena menimbulkan 'cost' (biaya) yang lebih rendah, waktu tempuh lebih singkat," katanya.

Selain itu, lanjut tidak, pelaku usaha tidak perlu mengeluarkan biaya untuk perawatan truk karena diangkut dengan kapal.

"Truknya diam di dalam kapal, tidak jalan, jadi biaya BBM juga tidak keluar," katanya. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Advertisement

Bagikan Artikel: