Masih minimnya sumber pembiayaan bagi industri manufaktur, menjadi tantangan pengembangan industri tersebut. Sementara jumlah tantangan masih dihadapi dalam pengembangan sektor industri manufaktur di Indonesia.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo mengatakan, penyebab masih terbatasnya sumber pembiayaan di industri manufaktur lantaran investasi dari swasta yang sejak awal tahun yang masih lemah. Terlebih, pertumbuhan kredit perbankan nasional masih lambat.
"Kita tahu bahwa pertumbuhan kredit ada disekitar 7,5%. Di 2016 itu kita perkirakan 7-9%. Tapi khusus untuk manufaktur bahwa di 2016 ini sejak awal tahun investasi dari swasta masih sangat lemah," ujar Agus di Surabaya, akhir pekan ini.
Sementara di sisi lain, kata Agus, harga komoditas yang saat ini tengah menurun, membuat perbankan hati-hati dalam menyalurkan kreditnya. Hal ini dikhawatirkan akan berdampak pada peningkatan rasio kredit bermasalah perbankan (NPL/Non Performing Loan).
Kondisi tersebut, juga membuat sektor manufaktur menjadi terbatas untuk mendapatkan sumber pembiayaan dari perbankan. Bahkan kondisi perekonomian global yang saat ini masih lemah, juga berdampak kepada perekonomian nasional dan memberikan efek ke permintaan (demand) kredit.
"Kalau kita liat lebih dalam lagi, karena ekonomi dunia yang lemah, kedua, harga komoditi yang belum membaik, dan ada kecenderungan kredit masalah yang tinggi dan itu membuat perbankan lebih hati-hati menyalurkan kreditnya," ucapnya.
Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait:
Advertisement