Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ketika RAPP Sebarkan Bibit Jambu Air ke Masyarakat

Ketika RAPP Sebarkan Bibit Jambu Air ke Masyarakat Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pola pertanian yang terus bertransformasi sudah sampai di "akar rumput". Tanaman buah dalam pot dengan memanfaatkan bibit hasil persilangan, misalnya, tak lagi didominasi masyarakat perkotaan. Para petani yang berada nun jauh di pelosok juga sudah memaknainya sebagai alternatif baru dalam meningkatkan sumber-sumber perekonomian.

Namun demikian, masih ditemui sejumlah persoalan mendasar dalam menjadikan era baru pertanian modern ini berdiri kokoh di masyarakat pedesaan. Ketersediaan bibit, perawatan, sampai upaya pemasaran produk adalah sejumlah umpama. Salah satu solusi adalah menggandeng institusi yang sudah berpengalaman dalam memuluskan transformasi.

Pertanian gaya baru yang tengah membetot minat ini, misalnya, menjadi hal yang mendorong pihak swasta ambil bagian. Salah satu di antaranya seperti apa yang sudah dilakukan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP).

Perusahaan milik Sukanto Tanoto yang dikenal dengan ragam program community development ini ?coba menyahuti antusiasme warga. Mereka tak hanya membagikan bibit, namun menempel ketat perkembangan petani penerima bantuan. Diberikan pelatihan di lapangan program perawatan tanaman hingga berproduksi maksimal.

Komunitas terakhir yang beroleh sentuhan adalah para petani di Desa Lalang Kabung, Kecamatan Pelalawan, Kabupaten Pelalawan, Riau. Pihak perusahaan menyatakan bahwa di desa tersebut sedang dikembangkan jambu air madu. Agak berbeda dengan desa lain ?yang juga sudah beroleh program serupa?guna menjaga apa yang disebut dengan keberagaman produk.

Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Lalang Kabung Nanang Hermanto menyatakan bahwa program pemberian bibit gratis yang diikuti dengan pelatihan singkat tentang cara merawat tanaman itu disambut warga dengan baik. Selama ini, ujarnya, warga hanya bisa bertanya tentang aneka jambu yang marak dijual terutama di wilayah perkotaan. Warga menganggap produk tersebut adalah buah impor karena bentuknya asing dan harganya mahal.

"Rupanya buah berasal dari Riau. Ditanam orang yang gemar tanaman. Katanya buah berasal dari lahan yang tak terlalu luas sebab bisa ditanam dalam pot. Jika begitu, kita di desa bisa ikut serta. Petani dengan lahan tersisa membutuhkan penambah penghasilan. Sampai akhirnya kita bekerja sama dengan PT RAPP. Dapat bibit sekaligus bagaimana cara merawatnya," ujar Nanang, beberapa waktu lalu.

Ia menyebutkan bahwa untuk menambah penghasilan, sebagian petani kecil di desanya malah banyak yang memilih jadi buruh dengan pendapatan yang terkadang tidak menentu. Bercocok tanam jambu air madu menurutnya juga dapat dilakukan anggota keluarga lain seperti ibu rumah tangga atau malah anak-anak usia sekolah.

Salah satu warga yang menerima bantuan bibit jambu air madu, Abu Kasim, juga sedemikian sumringah. Ia pun sudah mengajak dua anak terakhirnya untuk membantunya merawat tanaman.

"Kami berterima kasih kepada pihak perusahaan yang telah ikut memikirkan bagaimana cara mendapatkan penghasilan tambahan. Bibit ditanam di lahan saya sendiri seluas 16x30 meter. Setelah berhasil tentu warga lain akan ikut. Bisa saja suatu saat nanti dari usaha sampingan bisa menjadi pendukung ekonomi yang sesungguhnya," ujarnya.

Sementara itu, Koordinator Program Unit Kecil Menengah (UKM) atau Small Medium Enterpreneurship (SME) Community Development (CD) PT RAPP Syafri Edi mengatakan komoditas ini akan dikembangkan di Desa Lalang Kabung untuk menambah pendapatan warga. Ia berharap jambu air madu ini berkembang di desa yang bertetangga dengan PT RAPP ini.

"Ini bentuk kepedulian perusahaan kepada warga untuk meningkatkan perekonomian mereka. Bulan lalu CD PT RAPP juga memberikan bibit jambu kristal Dusun Terusan Baru, Kerinci Barat," tuturnya.

Dalam kegiatan ini hadir seluruh warga penerima bantuan dan Manajer Stakeholder Relation (SHR) RAPP Mabrur AR, dan warga Desa Lalang Kabung.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: