Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Philip Morris Luncurkan Rokok Baru di Inggris

Philip Morris Luncurkan Rokok Baru di Inggris Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Philip Morris meluncurkan rokok baru yang diklaim tidak begitu berbahaya di Inggris. Perusahaan publik asal Amerika Serikat tersebut mengatakan bisa jadi berhenti menjual rokok konvensional.

Tidak seperti rokok konvensional, produk dari perusahaan publik asal Amerika Serikat itu disebut dengan iQOS, yakni bisa memanaskan tembakau, bukan membakarnya. Hal itu berarti perokok akan mendapatkan efek nikotin yang sama, namun 90 persen lebih sedikit dari acun jahat yang berasal dari asap rokok.

Perusahaan rokok terbesar di dunia tersebut mengatakan saat ini sedang dalam tahap uji coba, namun belum terverifikasi secara eksternal. Penemuan rokok baru tersebut memiliki dampak yang sama seperti berhenti merokok, karena tidak membahayakan.

Philip Morris International (PMI) telah menghabiskan US$ 2 miliar untuk menciptakan rokok pengganti.

CEO PMI Andre Calantzopoulos, mengatakan Ia ingin bekerja sama dengan pemerintah yang akan menghapus rokok konvensional secara bertahap, demikian seperti dikutip dari laman BBC di Jakarta, Rabu (30/11/2016).

Dalam siaran wawancara pertamanya di Inggris, perusahaan tahu produknya merugikan konsumen mereka, dan bahwa satu-satunya jawaban yang benar adalah "untuk menemukan dan mengkomersialkan" sebuah produk yang tidak begitu berbahaya.

"Itu jelas tujuan kami," katanya.

Ini bukan pertama kalinya produsen rokok bereksperimen dengan pemanasan daripada pembakaran tembakau untuk meminimalkan resiko kerusakan pada konsumen.

Pada 1980-an, Perusahaan rokok terbesar kedua di Amerika Serikat, RJ Reynolds, menghasilkan Premier, yang dapat memanaskan tembakau namun masih melibatkan beberapa pembakaran.

Produk tersebut hanya bertahan setahun, setelah pelanggan mengeluhkan prosedur yang rumit.

Sejak PMI diciptakan, perusahaan telah mengembalikan hampir US$ 83 miliar kepada investor dalam bentuk dividen dan pembelian saham kembali.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Gregor Samsa
Editor: Rahmat Patutie

Advertisement

Bagikan Artikel: