Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Prospek Bisnis Sosial Media Masih Menanjikkan

Prospek Bisnis Sosial Media Masih Menanjikkan Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Di tengah pesatnya perkembangan Information and communications technology (ICT) peluang bisnis masih terbuka lebar. Berbagai model bisnis yang bergerak di bidang IT atau lebih dikenal dengan startup bermunculan, namun masing-masing berdiri sendiri.

Melihat peluang itu, Fairy Suryana, anak negeri yang bertempat tinggal di Tebet, Jakarta Selatan ini menciptakan DewaNations, media sosial dengan konsep dunia virtual dan memadukan sejumlah fitur dari beberapa model bisnis IT yang banyak dikembangkan.

Prospek model bisnis media sosial sendiri menurut Fairy masih ada, asalkah menghadirkan sesuatu yang baru dan belum pernah ada. Konsep seperti DewaNation, menurutnya masih sangat original, dan belum pernah ada.

DewaNations sendiri terlahir dari bisnis IT yang sudah dijalankan oleh Fairy sejak kuliah di Amerika, tahun 1995, yakni situs search engine dengan nama www.dewa.com, saat itu belum ada goole. Pesaing dewa.com adalah yahoo, altavista, dan lain-lain. Namun beberapa situs tersebut tidak berkembang, dan saat ini yang besar justru google yang keluarnya justru tergolong belakangan.

Yang membuat mereka mati sementara google menjadi raksasa adalah bagaimana google mampu menjawab kebutuhan masyarakat. Dalam hal search engine, yahoo pernah membuat hasil pencarian berdasarkan kategori, tapi google menampilkan semuanya, dan ternyata itu yang diinginkan pengguna. ?

?Untuk menyaingi google sendiri yang dapat dilakukan saat ini adalah dengan bermain di interface, sebab google sendiri cenderung sangat sederhana,? kata Fairy.

Setelah search engine dikuasai oleh google, dan sosial media menjadi life style, dewa.com ingin kembali dihidupkan oleh Fairy dengan tampilan baru yakni media sosial. Peluang bisnis media sosial sendiri menurutnya masih sangat bagus, tergantung dengan bagaimana menggorengnya.

Sebagaimana model bisnis kebanyakan aplikasi, mendapatkan uang dari iklan atau berjualan item di aplikasi yang dibuatnya. Itu pula yang dilakukan DewaNations, dalam mendapatkan keuntungan. DewaNations akan menayangkan iklan, tapi jika tidak ingin menayangkan iklan pengguna dapat menggunakan item yang dijual oleh pengembang.

Namun tidak aplikasi pada umumnya yang sangat boros dalam menawarkan item berbayar, DewaNations menurutnya cukup hemat. Satu orang pengguna hanya mebutuhkan Rp 100 ribu dalam satu tahun. Pembelian item dapat dilakukan dengan cara yang sangat mudah, seperti pemotongan pulsa, selain itu juga ada fitur pembayaran pay pal dan kartu kredit.

?Satu orang dalam satu tahun untuk berbelanja sebesar Rp 100 ribu. Tapi kalau anggotanya jutaan ya hasilnya juga bisa banyak, sampai dengan triliunan,? ujar Fairy.

Namun yang masih menjadi kendala saat ini, lanjut Fairy, adalah dalam hal pendanaan untuk promosi. Media sosial yang baru di launching dalam 3 bulan terakhir ini, dalam pengembangannya membutuhkan waktu kurang lebih 2 tahun, dan telah menghabiskan dana Rp 1 miliar.

Melihat prospek tersebut, Fairy mengharapkan adanya investor yang mau bergabung untuk mendanai proyek tersebut. Menurutnya sudah ada beberapa investor yang tertarik, di antaranya ada dari luar negeri. Namun rata-rata ingin membeli saham secara mayoritas.

?Saya memang membutuhkan investor, tapi sejujurnya saya masih ingin menjadi bagian dari pertumbuhan bisnis ini, jadi kalau ada investor jangan mayoritas dulu,? ujar Fairy.

Model bisnis yang diciptakannya itu, menurut Fairy masih betul-betul baru dan belum ada pesaingnya. Tapi dia tidak memungkiri nantinya mungkin bakal ada yang meniru. Untuk mengantisipasi hal itu, dia telah mendaftarkan DewaNations dalam Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI).

?Baru tiga bulan pengguna kita saat ini sudah 1.500, Juni 2017 target kami 1 juta pengguna,? tutup Fairy.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: