Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mahalnya Sebuah Inovasi: Kisah Shai Agassi dan Mobil Listrik

Mahalnya Sebuah Inovasi: Kisah Shai Agassi dan Mobil Listrik Kredit Foto: Zdnet.com
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perjalanan sebuah inovasi seringkali mahal dan berliku. Betapa hebat pun sebuah konsep serta dukungan finansial yang kuat, belum tentu berhasil membuat ide inovatif menjadi kenyataan. Inilah kisah Shai Agassi, entrepreuner high tech asal Israel, dengan mimpi mobil listriknya.

Hasrat inovasi Shai Aggassi, pendiri perusahaan Better Place, memang luar biasa. Ia ingin suatu negara tidak lagi tergantung kepada minyak. Maka idenya adalah mobil hybrid dengan lingkungan yang mendukung. Agassi percaya jika suatu negara bisa lepas dari ketergantungan terhadap minyak, maka negara-negara lain akan mengikuti.

Pada Januari 2008 Pemerintah Israel mendukung Better Place, Renault dan Nissan Motor Company mewujudkan mimpi ini. Investornya antara lain: Morgan Stanley, VantagePoint Partner, Israel Corporation dan Israel Cleantech Ventures.

Ide mobil listrik sebelumnya mentok pada batrei. Tapi Agassi punya ide yang radikal. Ia memimpikan smart network l, yakni jaringan infrastruktur berbasis mobil listrik, yang terdiri dari: ribuan tempat parkir, stasiun penggantian batrei yang terkoordinasi.

Agassi "beruntung" hidup di Israel, sebuah negara kecil yang dikepung musuh-musuhnya, karena itu harus bersikap inovatif. Tapi, karena kecil, justru menjadi lab yang baik untuk pengembangan ide-ide baru berskala masal. Karena itu Israel secara bercanda sering juga disebut sebagai negara Beta.

Karena orang Israel tidak dapat berkendara melampaui batas-batas nasional mereka, jarak berkendara mereka menjadi salah satu yang terpendek di dunia. Ini membatasi jumlah stasiun penggantian batrei yang harus dibangun Better Place dalam tahap awalnya. "Musuh-musuh Israel sesungguhnya telah mencipta laboratorium pengujian yang sempurna," pikir Agassi.

Di samping itu, orang Israel juga punya bakat alami sebagai masyarakat yang mudah menyesuaikan diri. Mereka juga mengerti dampak finansial dan lingkungan hidup dari bahan bakar. Sehingga ada energi yang kuat untuk mewujudkan cita-cita Agassi yang muncul dari lingkungan sekitarnya.

Tidak kalah penting, Agassi juga dapat menemukan sumber-sumber yang ia perlukan untuk suplier-supliernya. Israel, negara dengan konsentrasi pemakaian insinyur dan peneliti tertinggi di dunia.

Sayangnya pada tahun 2013 Better Place harus menyerah dan menyatakan diri bangkrut kepada Pengadilan Israel. Perusahaan ini hanya berhasil membuat kurang dari 1.400 mobil, setelah menghabiskan US$850? juta. Pada saat bangkrut, November 2013, aset yang tersisa hanya US$450.000 saja.

Beberapa media sempat menjuluki mantan petinggi SAP ini sebagai founder dan CEO yang pandai mengumpulkan dana tapi lemah dalam eksekusi. Tapi Agassi meneruskan kiprahnya dengan membentuk Newrgy, sebuah perusahaan transportasi publik berbasis listrik. Sampai saat ini belum diketahui hasil signifikan dari perusahaan barunya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Sucipto

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: