Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini Alasan Magna Tinggalkan Bisnis Pembiayaan

Ini Alasan Magna Tinggalkan Bisnis Pembiayaan Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Magna Finance Tbk (MGNA) yang bergerak di sektor pembiayaan berencana mengubah haluan bisnisnya. Ketatnya persaingan bisnis yang terjadi di sektor pembiayaan membuat perseroan mantap untuk pindah haluan.

Direktur Magna Finance Erwin Winata mengungkapkan perseroan dalam beberapa tahun terakhir terus mengalami penurunan pendapatan. Tercatat, hingga 30 September 2016 perseroan bahkan tercatat telah mengalami kerugian sebesar Rp65,12 miliar.

"Kerugian yang terus-menerus terjadi ditambah dengan ketatnya persaingan membuat kami memutuskan untuk mengubah kegiatan bisnis utama," ucapnya di Jakarta, Senin (9/1/2016).

Lebih lanjut, ia menyebutkan keputusan tersebut juga diharapkan dapat meningkatkan nilai perseroan. Ini juga menjadi salah satu strategi usaha perseroan untuk mengembangkan kegiatan usaha. Perseroan sebelumnya diketahui akan mengakuisisi perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha utama industri penggilingan padi dan pengolahan beras, yakni PT Padi Unggul Indonesia (PUI).

Perseroan dalam hal ini akan membeli 185.412 saham di PUI yang dimiliki oleh Sutan Agri Resources Private Limited (Sutan Agri) dengan harga Rp339,784 per lembar saham sehingga perseroan harus mengeluarkan dana senilai Rp63 miliar untuk mengakuisisi PUI.

"Pembelian 185.412 lembar saham milik Sutan Agri yang mewakili 94,1 persen dari modal disetor dan ditempatkan dalam PUl akan memiliki nilai sebesar Rp63 miliar atau Rp339.784 per lembar saham," ujarnya.

Untuk dapat merealisasikan niatnya tersebut, perseroan berencana melakukan penjualan terhadap seluruh aset dan lialibilitas yang meliputi pembiayaan, piutang dari jaminan, dan utang bank kepada PT Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI).

"Penjualan seluruh aset dan lialibilitas perseroan nilainya diprediksikan akan mencapai Rp56 miliar," terangnya.

Dengan begitu, perseroan masih membutuhkan dana sebesar Rp7 miliar untuk dapat menyelesaikan akuisisi PUI. Dalam hal ini, perseroan akan menganggarkan dana Rp7 miliar dari kas internal perseroan.

Lebih lanjut, ia menjelaskan penjualan aset dan liabilitas perseroan yang meliputi piutang pembiayaan, piutan B dari jaminan, dan utang bank kepada BPF memiliki nilai sebesar 75,19 persen dari ekuitas perseroan. Sementara pembelian saham milik Sutan Agri yang merupakan mayoritas saham PUI akan memiliki nilai sebesar 84,54 persen dari ekuitas perseroan per 30 September 2015.

"Oleh karenanya, transaksi beserta perubahan kegiatan usaha utama harus terlebih dahulu disetujui oleh pemegang saham perseroan atau para wakilnya yang telah diberikan wewenang untuk dapat mewakili pemegang saham perseroan," ungkapnya.

Perseroan pun akan meminta persertujuan para pemegang saham terkait kedua rencana tersebut. Rencananya perseroan akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 16 Frebruari 2016 mendatang.

"Kami akan minta persetujuan pemegang saham dulu sebelum melakukan aksi tersebut. RUPSLB akan digelar 16 Februari," tukasnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: