Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Serikat Pekerja Mathilda Tolak Kerja Sama Asing RDMP

Serikat Pekerja Mathilda Tolak Kerja Sama Asing RDMP Kredit Foto: Andi Aliev
Warta Ekonomi, Balikpapan -

Serikat Pekerja (SP) Mathilda menggelar doa bersama dan Aksi Peduli Refinery Development Master Plan (RDMP). Aksi peduli ini digelar di dalam pagar area kilang Pertamina RU V Kalimantan, Senin (9/1/2017).

Ketua SP Mathilda Mugiyanto mengatakan pihaknya mendukung akselerasi pembangunan dan pengembangan kilang sebagaimana diamanahkan melalui Perpres Nomor 146/2015 demi mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi nasional melalui peningkatan penyediaan BBM dan produk turunan migas lainnya secara terintegrasi.

"SP Mathilda menolak skema pembiayaan dalam bentuk apapun, termasuk joint venture dengan perusahaan asing atau swasta lainnya dengan cara menggadaikan kilang eksisting atau aset perusahaan lainnya," tandasnya di Balikpapan, Senin (9/1/2017).

Pengembangan kilang, menurutnya, harus bertujuan untuk menguatkan ketahanan energi nasional dan menjaga kemandirian bangsa dalam pemenuhan BBM dalam negeri.

"Untuk itu, praktik unbundling, baik secara terbuka maupun tersembunyi, termasuk agenda penyertaan modal berupa aset perusahaan dalam proses joint venture RDMP harus dihindarkan," tegasnya.

Pekerja Pertamina ini juga mempertanyakan kebijakan direksi yang menurut mereka telah menggadaikan Kilang RU IV Cilacap dalam proses joint venture RDMP, termasuk juga mempertanyakan joint venture pada kilang lainnya.

"Direksi tidak peka terhadap aspirasi pekerja bahwa dengan beralihnya pengelolaan perusahaan ke manajemen joint venture maka perlindungan terhadap hak-hak dan status pekerja serta syarat-syarat kerja lainnya menjadi tidak jelas dan mengarah timbulnya ketidakpastian masa depan pekerja. Untuk itu, rencana tersebut harus dibatalkan," kritiknya.

Mugiyanto bahkan menyebutkan Pertamina pada tahun 2016 mendapat laba hingga Rp40 triliun. Jumlah itu nilainya lebih dari cukup untuk mendanai proyek RDMP. SP mendukung penuh jika penggunaan 100 persen dana Pertamina digunakan untuk pengembangan kilang.

"Seharusnya direksi melakukan perubahan kebijakan strategi pembiayaan investasi dari hulu ke hilir mengingat investasi di hulu juga belum menguntungkan karena turunnya harga minyak. Fokus investasi juga bisa diubah, dari dulu 70 persen ke hulu, ke upaya mencari minyak, dan 30 persen ke arah pengolahan, distribusi, atau ke hilir menjadi lebih sesuai. Bila sekarang sektor hilir memerlukan dana lebih tentu bisa difokuskan ke sini dulu, terlebih lagi di hulu juga sedang tidak bagus iklimnya dengan harga minyak mentah yang sedang jatuh," tukas Mugiyanto.

Diketahui, Dewan Direksi Pertamina menjaminkan Kilang Cilacap untuk mendapatkan dana sebesar Rp30 triliun untuk menambah kekurangan pembiayaan pengembangan kilang-kilang Pertamina, di antaranya Kilang Balikpapan yang dikelola Pertamina Refinery Unit V.

Saudi Aramco, merupakan perusahaan minyak Saudi Arabia dengan penyertaan modal dari Amerika Serikat bersedia mengucurkan dana dengan imbalan 45 persen dari penghasilan kilang tersebut hingga utang Pertamina lunas.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Andi Aliev
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: