Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lima Kendala Pengembangan Bisnis Kue Tradisional

Lima Kendala Pengembangan Bisnis Kue Tradisional Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
Warta Ekonomi, Makassar -

Menjalankan bisnis kue tradisional bukanlah perkara mudah di tengah gempuran aneka kue modern yang kemasannya amat menggugah selera. Situasi itulah yang dialami oleh keluarga Yusuf Toro (55) yang terus berjuang mengembangkan bisnis kue otere alias kue tali-tali yang telah dirintis sejak 30 tahun lalu.

Keberadaan kue tradisional memang mulai terpinggirkan di ibu kota. Kue ini hanya laris diburu oleh wisatawan sebagai bekal oleh-oleh ataupun dipakai saat pesta adat.

Putra ketiga Yusuf, Zubair (26), mengatakan beragam kendala ditemui pihaknya untuk melebarkan sayap bisnis kue tradisional, baik untuk produksi maupun jangkauan pemasaran. Padahal, prospek bisnis kue rumahan cukup menjanjikan bila aspek promosi dan pemasarannya mampu dikelola dengan baik. Buktinya, meski pemasaran belum optimal, bisnis kue tali-talinya bisa mendatangkan untung mencapai puluhan juta rupiah per bulan.

Menurut Zubair, paling tidak ada lima kendala yang kerap ditemui untuk mengembangkan bisnis sekaligus mempertahankan kue tradisional. Berikut lima kendala tersebut

1. Promosi dan Pemasaran

Zubair mengaku promosi dan pemasaran kue tali-tali yang diberi merek Cap Jempol masih sangat terbatas. Promosi yang dilakukan usahanya terbilang konvensional yakni dari mulut ke mulut di mana kualitas produk yang menjadi jaminan.

"Kunci atau rahasia di balik bertahannya kue tradisional adalah menjaga kepercayaan pelanggan dengan kualitas dan cita rasa produk. Kami juga terus jalin komunikasi dengan pelanggan," ucap Zubair saat ditemui Warta Ekonomi di rumah sekaligus lokasi usahanya di Jalan Masjid Jabal Nur, Kelurahan Maccini Raya, Kecamatan Makassar, Kota Makassar, Sulsel, Sabtu (11/2/2017).

Adapun pemasaran kue tali-tali racikannya masih sebatas di lingkup Sulsel. Zubair mengaku belum memanfaatkan dunia maya untuk menjual produknya lantaran kue tradisional belum cukup menjual bila tidak dikemas dengan baik.

2. Kemasan Produk

Kemasan produk merupakan masalah klasik bagi para pengusaha kecil dalam pengembangan bisnis. Zubair menyebut belum menjualnya kemasan kue tali-tali menjadi alasan utama pihaknya menunda pemasaran secara online.

"Dalam membeli, orang selalu melihat kemasan terlebih dulu. Jadi, orang kini tidak beli produknya, tapi kemasan," sebutnya.

Zubair menyebut untuk memperbaiki kemasan produknya, pihaknya telah mengikuti beragam pelatihan yang diselenggarakan pemerintah, khususnya Dinas Koperasi dan UKM. Dari situ pihaknya belajar terkait kemasan. Persoalannya, lanjut dia, dibutuhkan dana yang tidak sedikit atau jaringan kemitraan untuk memperoleh kemasan menarik.

3. Akses Pendanaan

Seperti halnya saat mulai merintis usaha, pendanaan juga penting dalam pengembangan bisnis. Untuk memodernisasi peralatan produksi dan beragam item peningkatan pemasaran dan produksi tentunya membutuhkan dana besar. Karena itu, pihaknya berharap perbankan dan pemerintah bisa lebih peduli terhadap pelaku usaha kecil yang tengah mencoba mengembangkan bisnisnya.

4. Keterbatasan SDM

Pengembangan bisnis harus ditunjang SDM yang berkualitas. Untuk merealisasikan hal tersebut diperlukan upaya pelatihan peningkatan kapasitas. Zubair menuturkan untuk saat ini pelatihan dan pembinaan SDM murni dilakukan pihaknya sendiri, seperti halnya pembelajaran inovasi dan manajemen. "Terkadang ada undangan pelatihan dari Dinas Koperasi dan UKM, tapi ya cuma satu orang yang diundang," tutur dia.

Selain peningkatan kualitas, kuantitas SDM diperlukan seiring peningkatan produksi usaha. Namun, peningkatan kuantitas SDM akan berdampak pada besarnya ongkos produksi per bulan lantaran semakin banyaknya karyawan yang harus digaji. Zubair menyebut pihaknya sendiri baru mulai mempekerjakan lebih banyak karyawan setelah usahanya kue tali-tali keluarganya menunjukkan perkembangan yang menggembirakan.

5. Dukungan Pemerintah Belum Maksimal

Zubair mengatakan dukungan pemerintah berpengaruh pada pengembangan bisnis lantaran pemerintah memiliki program-program yang sejalan dengan pengembangan UKM. Sejauh ini, pihaknya sudah beberapa kali mendapatkan bantuan perihal pengembangan SDM melalui pelatihan, meskipun masih sangat terbatas. Pelaksanaan kegiatan tersebut juga disebutnya terkesan hanya formalitas.

Ia?berharap pemerintah tidak sekadar menggelar pelatihan seremonial, melainkan melakukan pendampingan terhadap UKM. Beragam permasalahan yang dihadapi UKM diharapkan bisa difasilitasi oleh pemerintah untuk dicarikan solusi. Ia juga menyebut selama 30 tahun usaha kue tali-tali, pihaknya belum pernah mendapatkan bantuan materi untuk pengembangan bisnis.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: