Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Institusi Pendidikan dalam Ekosistem Kewirausahaan Sosial di Indonesia

Institusi Pendidikan dalam Ekosistem Kewirausahaan Sosial di Indonesia Kredit Foto: Unsplash/Element5 Digital
Warta Ekonomi, Jakarta -

Peran institusi pendidikan, khususnya universitas, untuk mendorong social entrepreneurship bisa dilihat dari tiga pilar utama universitas. Tiga pilar utama yang lebih dikenal sebagai Tridharma perguruan tinggi ini terdiri dari pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

Pendidikan
Untuk Tridharma yang pertama ini, dapat dikatakan bahwa belum banyak universitas di Indonesia yang telah secara khusus memiliki program studi dalam bidang social entrepreneurship.

Yang sudah memulainya antara lain adalah School of Business and Management ITB (SBM-ITB) melalui Program Social Enterprise for Economic Development (SEED), yaitu program studi internasional yang tidak hanya mengandalkan proses belajar-mengajar berupa diskusi di kelas, tetapi juga mengimplementasikan pengetahuan dan kepedulian mahasiswa kepada masyarakat. Hal tersebut karena program studi ini menggunakan pendekatan cross-cultural.

Selain itu, ada program Magister Manajemen Community Enterprise (MM-CE) di Universitas Trisakti yang mengambil fokus di bidang community enterprise sebagai social enterprise yang dimiliki oleh komunitas. Meski demikian, beberapa universitas negeri dan swasta telah mengangkat isu social entrepreneurship ini sebagai salah satu bagian dari mata kuliah atau menjadi materi pelatihan bagi mahasiswanya.

Adapula universitas yang aktif mendorong mahasiswanya untuk menyelenggarakan kegiatan seputar kewirausahaan sosial, misalnya berupa kompetisi, seminar, atau field study. Universitas Atmajaya, misalnya, pernah melaksakan training dalam hal kepemimpinan dan social entrepreneurship melalui kerja sama dengan Bank DBS, National University of Singapore, dan Unlimited Indonesia.

Universitas Indonesia pernah menggerakkan mahasiswanya untuk menyelenggarakan konferensi tingkat Asia Pasifik bernama Asia Pacific Student Forum yang mengangkat tema social entrepreneurship dan penanggulangan kemiskinan.

Universitas Padjadjaran melalui Fakultas Teknologi Industri Pertanian (FTIP) mulai memperkenalkan technopreneurship yang jika ditelisik memiliki karakteristik social entrepreneurship. Tim dari FTIP yang dipimpin oleh Dr. Dwi Purnomo bersama mahasiswanya yakni Ratna Apriyanti, STP dan Khemal Nugroho, STP berhasil menggagas peluncuran produk Fruters, yakni makanan olahan berbahan dasar mangga gedong gincu, buah khas Jawa Barat. Dengan adanya permintaan mangga gedong gincu, para petani di Cirebon, Majalengka, Indramayu, dan Kuningan yang berada di bawah binaan Prof. Dr. Roni Kastaman dan Dr. Dwi Purnomo yang semula memilih untuk membuang produknya saat panen, kini lebih memilih untuk menyimpan produknya dan menjualnya kepada Fruters.

Mereka tahu, jika diolah lebih lanjut, nilai jual mangga gedong gincu jauh lebih tinggi. Selain memiliki dampak sosial yang positif terhadap para petani, para mahasiswa di FTIP pun menjadi lebih bersemangat dalam mempelajari mata kuliah kimia karena memiliki kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu mereka dalam pengembangan produk Fruters tersebut.

Sumber: Buku?Berani Jadi Wirausaha Sosial?

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: