Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Terlibat Skandal Suap, Rolls-Royce Derita Kerugian Terbesar

Terlibat Skandal Suap, Rolls-Royce Derita Kerugian Terbesar Kredit Foto: Theguardian.com
Warta Ekonomi, Jakarta -

Produsen mesin jet terbesar dari Inggris, Rolls-Royce, melaporkan kerugian terbesar dalam sejarah setelah dihantam kasus penyuapan dan penurunan nilai pound.

Rolls-Royce membukukan kerugian sebelum pajak sebesar ?4,6 miliar di tahun 2016. Namun setelah dikurangi beberapa pengeluaran, perusahaan meraup laba sebesar ?813 juta, turun dari ? 1,4 miliar di tahun sebelumnya. Meski demikian, perolehan laba tersebut dinilai lebih baik daripada yang diperkirakan para analis.

Raksasa penyedia mesin tersebut setuju untuk membayar denda sebesar ?671 juta untuk menyelesaikan kasus-kasus korupsi dengan otoritas Inggris dan Amerika Serikat, termasuk dengan pihak Indonesia, serta penghapusbukuan nilai kontrak sebesar ?4,4 miliar terkait perubahan nilai tukar mata uang di pasar.

Seperti banyak bisnis internasional lainnya, Rolls-Royce biasanya melakukan tindakan "lindung nilai" (hedging), yakni sebuah teknik untuk menghindari kerugian dari risiko fluktuasi valuta asing. Sebagian besar kontrak industri pesawat dalam lingkup internasional dilakukan dengan dolar AS, tetapi sebagai sebuah perusahaan Inggris biaya Rolls-Royce menggunakan pounds.

Sejak Brexit, pounds telah mengalami kejatuhan sangat tajam terhadap dolar AS sehingga menyebabkan kerugian besar.

"Kita harus memastikan program transformasi bisnis yang luas memberikan manfaat penuh seperti yang diharapkan, tidak hanya dalam hal penghematan biaya tetapi juga perubahan budaya dan perilaku yang diperlukan untuk memastikan transformasi berkelanjutan dan standar yang tinggi dari perilaku bisnis dipelihara. Ini penting jika kita ingin menjadi perusahaan yang lebih terpercaya dan tangguh," kata CEO Warren East seperti dikutip dari laman BBC di Jakarta, Rabu (15/2/2017).

East mengambil alih posisi CEO pada tahun 2015 dengan tanggung jawab memulihkan kinerja keuangan perusahaan.

Sebelumnya, Rolls-Royce meminta maaf "tanpa syarat" atas kasus-kasus penyuapan yang terjadi dalam rentang waktu hampir 25 tahun dan terlibat secara ilegal menggunakan perantara lokal dan membayar suap untuk memenangkan penawaran di Indonesia, Thailand, China, dan Rusia.

Lembaga antikorupsi Inggris Serious Fraud Office (SFO) mengungkapkan 12 tuduhan konspirasi untuk tindak korupsi dan suap oleh Rolls-Royce di tujuh negara yaitu Indonesia, Thailand, India, Rusia, Nigeria, China, dan Malaysia.

Pengadilan Inggris memerintahkan produsen mesin jet itu untuk membayar denda dan biaya sebesar ?497 juta ke kantor SFO, lembaga yang pernah melakukan penyelidikan terhadap perusahaan ini. Rolls-Royce mengatakan mereka juga akan membayar denda sebesar US$170 juta kepada Departemen Kehakiman AS dan US$26 juta kepada regulator Brasil.

Hakim menggambarkan Rolls-Royce yang merupakan produsen mesin pesawat militer dan sipil, kereta api, kapal, kapal selam nuklir, dan pembangkit listrik ini sebagai "sebuah permata dalam mahkota industri Inggris." Rolls-Royce sendiri telah menjadi sebuah perusahaan terpisah dari pembuat mobil sejak tahun 1971.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Gregor Samsa
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: