Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ibu Hamil Konsumsi Sayuran Dapat Cegah Kelainan Bawaan Bayi

Ibu Hamil Konsumsi Sayuran Dapat Cegah Kelainan Bawaan Bayi Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ahli Gizi Dr dr Tan Shot Yen mengatakan ibu hamil yang rutin mengonsumsi sayuran dan buah dapat mencegah kelainan bawaan pada bayi.

"Pengurangan asupan sayuran dan buah selama kehamilan dapat meningkatkan risiko kelainan bawaan pada bayi, karena sayuran dan buah mengandung folat dan lutein yang berhubungan dengan pembentukan DNA dan fungsi retina," kata Tan Shot Yen, di Jakarta, Senin (20/3/2017).

Dia mengatakan ada lima masalah kehamilan dan cacat pada janin yang terjadi dan dapat dicegah dengan mengonsumsi sayuran dan buah, antara lain retinoblastoma atau kanker mata yang biasanya dialami oleh anak-anak.

Ibu hamil yang rutin mengonsumsi sayuran dan buah juga dapat mencegah kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah dan PDA (Patent Ductus Arteriosus) atau kondisi ductus arteriosus tetap terbuka setelah bayi lahir.

Ductus arteriosus adalah pembuluh darah yang digunakan bayi sebagai sistem pernapasan selama dalam kandungan, normalnya saat bayi mulai bernapas maka ductus arteriosus akan tertutup.

Jika tidak tertutup maka darah bersih dan darah kotor akan tercampur.

"Mengonsumsi sayuran dan buah dapat mencegah PDA, karena sayuran dan buah mengandung anti-inflammatory atau antiperadangan. Kenapa zat ini penting, karena kalau pembuluh darah meradang akan meningkatkan hormon prostaglandin, sehingga hormon tersebut naik dan menghambat ductus arteriosus," katanya menjelaskan.

Direktur Kesehatan Keluarga Kemenkes Eni Gustina mengatakan kelainan bawaan merupakan salah satu penyebab utama kematian bayi dan balita.

Berdasarkan laporan Riskesdas 2007, kelainan bawaan berkontribusi sebesar 1,4 persen terhadap kematian bayi 0-6 hari, dan sebesar 18,1 persen terhadap kematian bayi 7-28 hari.

Kelainan bawaan turut berkontribusi sebesar 5,7 persen bagi kematian bayi dan 4,9 persen bagi kematian balita.

Di Indonesia sekitar 50 persen kelainan bawaan tidak diketahui penyebabnya, karena banyak masyarakat yang tidak melaporkan ketika bayi meninggal dengan kelainan, bahkan jika anaknya terlahir cacat masih banyak keluarga yang menutup-nutupinya.

"Kami perlu data mengenai frekuensi kelainan dan kontribusinya terhadap kematian dan kesakitan pada periode neonatal sampai dengan tahun pertama kehidupan. Data ini penting untuk penentuan intervensi dan program yang dapat dikembangkan oleh pemerintah pusat sebagai upaya penurunan angka kesakitan dan kematian pada periode neonatal sampai tahun pertama kehidupan," kata dia pula. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Sucipto

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: