Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bank Sentral Selandia Baru Pertahankan Suku Bunga di Rekor Terendah

Bank Sentral Selandia Baru Pertahankan Suku Bunga di Rekor Terendah Kredit Foto: Cahyo Prayogo
Warta Ekonomi, Wellington -

Bank sentral Selandia Baru mempertahankan suku acuannya, "official cash rate" (OCR), di rekor terendah 1,75 persen pada Kamis, mengutip tantangan-tantangan besar dalam ekonomi global.

Indikator makro ekonomi di negara-negara maju telah positif selama dua bulan terakhir, tapi tantangan utama tetap dengan surplus kapasitas yang sedang berlangsung dalam ekonomi global dan meningkatnya ketidakpastian geo-politik, kata Gubernur Bank Sentral Selandia Baru (Reserve Bank of New Zealand) Graeme Wheeler.

Inflasi utama global telah meningkat, sebagian karena kenaikan harga komoditas, dan kebijakan moneter diperkirakan tetap menjadi stimulator, tapi kurang begitu maju, khususnya di Amerika Serikat, Wheeler mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Nilai tukar telah jatuh 4,0 persen sejak Februari, sebagian sebagai tanggapan terhadap harga susu yang melemah dan berkurangnya perbedaan suku bunga, tapi depresiasi lebih lanjut diperlukan untuk mencapai pertumbuhan yang lebih seimbang, kata dia.

Pertumbuhan produk domestik bruto -- di 0,4 persen -- lebih lemah dari yang diharapkan pada kuartal Desember, namun prospek pertumbuhan tetap positif, didukung oleh kebijakan moneter akomodatif, pertumbuhan penduduk yang kuat, dan tingginya tingkat pengeluaran rumah tangga dan kegiatan konstruksi.

Harga di sektor pilar negara itu, susu, telah bergejolak dalam lelang baru-baru ini dan ketidakpastian tetap sekitar hasil mendatang.

Inflasi harga rumah telah mengalami moderasi, tapi itu belum pasti apakah moderasi akan bertahan, mengingat ketidakseimbangan lanjutan antara penawaran dan permintaan.

Inflasi telah kembali ke kisaran target 1,0 persen hingga 3,0 persen, karena penurunan terakhir harga minyak dikeluarkan dari perhitungan tahunan.

"Ekspektasi inflasi jangka panjang tetap di sekitar 2,0 persen," kata Wheeler.

Kebijakan moneter akan tetap akomodatif untuk jangka waktu yang cukup.

"Tetap banyak ketidakpastian, terutama sehubungan dengan prospek internasional, dan kebijakan mungkin perlu menyesuaikan," katanya.

Suku bunga utama OCR telah berada di 1,75 persen sejak November tahun lalu. Kajian OCR berikutny akan diumumkan bank sentral pada 11 Mei. (Ant)

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: