Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pecinta Alam Ini Bangun Edukasi dan Kreativitas di Kafe Ala Pedesaan

Pecinta Alam Ini Bangun Edukasi dan Kreativitas di Kafe Ala Pedesaan Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
Warta Ekonomi, Makassar -

Jajaran buku tersusun rapi di sebuah rak yang terletak di bawah pohon rindang. Tidak jauh dari situ, pernak-pernak kesenian, mulai dari sepeda antik hingga ukiran kayu tampak menghiasi berbagai sudut Rumah Kecil, kafe ala pedesaan milik Haswadi Haruna alias Adi Doank (38). Kafe tersebut tidak sekadar sebagai tempat usaha, melainkan juga sebagai tempat edukasi dan kreativitas siswa maupun mahasiswa dan puluhan komunitas di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Puluhan komunitas di Kota Makassar, menurut Adi, memang sering berkumpul di Rumah Kecil untuk bertukar-pikiran dan membahas beragam hal.

"Tempat ini menjadi titik temu puluhan komunitas di Kota Makassar. Kebanyakan memamn dari komunitas pecinta alam dan seniman," kata Adi yang merupakan Ketua Kelompok Pelestari Lingkungan Hidup (KPLH) Leuser Makassar saat berbincang dengan Warta Ekonomi, Minggu (16/4/2017).

Rumah Kecil diproyeksikan Adi menjadi pusat edukasi dan kreativitas bagi komunitas dan pelajar di Kota Daeng. Karena itu, pendapatan dari bisnis kuliner di Rumah Kecil diarahkannya untuk membangun sarana dan prasarana edukasi maupun kreativitas. Dalam satu sampai dua tahun mendatang, pihaknya bertekad membangun perpustakaan yang lebih besar dan semacam sanggar kesenian.

"Di sini akan menjadi tempat belajar tari, baca puisi, belajar menyulam dan membatik," ucap pria yang hobi mendaki gunung ini.

Adi berkeyakinan wadah edukasi dan kreativitas mampu mendongkrak pendapatan Rumah Kecil. Musababnya, semakin banyak orang yang datang akan membuat sajian kuliner yang dijajakannya semakin laris. Meski demikian, porsi bisnis kuliner di Rumah Kecil tetap dibatasi maksimal 35 persen dari luas lahan sekitar 500 meter persegi. Sisanya untuk wadah edukasi dan kreativitas. Langkah itu diambilnya lantaran pihaknya berkomitmen membangun edukasi dan kreativitas masyarakat sejak dini.

Dari pantauan Warta Ekonomi, Rumah Kecil memang cukup ramai dikunjungi oleh pelajar maupun sejumlah komunitas. Selain bercengkerama dan berfoto ria dengan latar suasana alam, beberapa di antaranya menyempatkan diri untuk mengutak-atik berbagai buku di perpustakaan mini. Ada pula yang memilih melakukan terapi ikan dan melihat berbagai koleksi binatang milik Adi, mulai dari aneka burung hingga ayam mutiara.

Adi mengimbuhkan berbagai program sedang dirancangnya agar Rumah Kecil tidak sekadar menjadi lokasi usaha semata di antaranya menyelenggarakan program Buka Puisi Jilid II?pada Bulan Ramadan nanti. Pihaknya juga berencana untuk membuat kegiatan pelatihan buat ibu-ibu untuk membatik dan menyulam.

"Rumah Kecil ingin bermanfaat bagi orang lain, tidak sebatas mencari keuntungan," ucap pria berambut gondrong itu.

Rumah Kecil diketahui baru beroperasi secara komersil sejak 10 Maret 2016, meski telah didirikan sejak 2009. Kafe ala pedesaan ini terbilang selalu ramai pengunjung. Selain karena suasananya yang sangat nyaman, harga sajian kulinernya sangat 'bersahabat'. Beragam kuliner, mulai dari bakso, kentang goreng, hingga aneka jus, dibanderol dengan kisaran Rp5.000 hingga Rp18.000.

"Saya memang pasang harga seadanya saja. Dengan harga begitu, saya sudah untung kok," ucap Adi yang juga aktif di Sanggar Merah Putih.

Menurut Adi, pihaknya tidak ingin mematok harga tinggi agar semua orang dari berbagai latar belakang bisa berkunjung ke Rumah Kecil. Pertimbangan lain, Adi menyebut pihaknya tidak mengeluarkan ongkos banyak dalam memulai bisnis kuliner itu. Dan, lanjut dia, awal mulanya terbukanya Rumah Kecil atas permintaan rekan-rekannya dan tidak mungkin untuk mematok harga tinggi.

"Dengan harga segitu (Rp5.000 hingga Rp18.000), omzet saya bisa sampai puluhan (juta rupiah)," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: