Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Selebrasi Peluncuran SMSI Dibingkai Dalam Diskusi Kebablasan Demokrasi

Selebrasi Peluncuran SMSI Dibingkai Dalam Diskusi Kebablasan Demokrasi Kredit Foto: Ning Rahayu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Serikat Media Siber Indonesia (SMSI), sebuah organisasi perusahaan media yang telah ditetapkan pada 21 Maret 2017 lalu, hari ini menggelar perayaan peluncuran melalui diskusi yang bertema 'Kekeliruan,? Kebebasan, Kebablasan: Menyusun Disain Komunikasi Politik yang Sehat'.

Ketua SMSI Teguh Santosa meminta agar masyarakat mau merenungi kembali kebebasan yang sebenarnya atau arti sesungguhnya dari demokrasi.?

Teguh mengungkapkan, media-media daerah sudah turut aktif dalam meramaikan demokrasi Indonesia.?
"Teman-teman di daerah mendesak supaya hari ini juga kita luncurkan Media Siber Indonesia," kata Teguh, Senin (17/4/2017) di Jakarta.

Teguh mengakui, fenomena bangkitnya media online bukan hanya di Jakarta, tetapi juga di daerah. Maka dari itu SMSI saat ini sedang fokus menyusun kepengurusan di 27 provinsi.?

Deputi IV Kantor Staf Kepresidenan Eko Sulistyo yang hadir dan sekaligus menjadi pembicara dalam diskusi tersebut mengatakan, fenomena media online dikarenakan munculnya paradoks dalam demokrasi.?

Eko yang menyebut kekeliruan,? kebebasan,? kebablasan sebagai kebablasan demokrasi juga mengungkapkan, "Saat ini juga (Indonesia)? mengalami paradoks ketika muncul praktek-praktek intoleransi, pernyataan-pernyataan kebencian dan sebagainya," ungkap Eko.?

Ini yang menurutnya menjadi sebuah keprihatinan bagi negara Indonesia. Selain itu Eko juga mengatakan, yang luput dari pengamatan media adalah nilai demokrasi.?

"Media ini larut dalam kebisingan demokrasi kita. Itulah kalau media melihat rating sebagai berhala," tambah Eko.?

Padahal, menurutnya, peran media adalah sebagai alarm di tengah suasana yang membahayakan. Karena demokrasi menurutnya adalah kepemimpinan yang dapat membangun konsensus.
Eko juga mengamini, pemimpin bukan hanya dipilih namun juga harus diawasi. Untuk itu negara memberikan kebebasan dan perlindungan kepada media online.?

Hendri Satrio, Pengamat komunikasi politik mengatakan, karakter media yaitu dipengaruhi dengan agenda setting. Maka untuk melihat tujuan komunikasi politik perlu adanya agenda. Hendri menyebutkan,? yang perlu diperhatikan dalam komunikasi politik adalah teori the spiral silence.?

"Kalau kita bicara komunikasi politik yang sehat, maka kita harus bicara juga black campaign atau negative campaign yang jelas tidak diperbolehkan," kata Hendri.

Menurutnya,? yang tidak dimiliki media online saat ini adalah tatanan jurnalistik yang baik.?
Budayawan Jaya Suprana yang berkesempatan membacakan deklarasi peluncuran SMSI juga mengungkapkan, pengalamannya di dunia media yang sempat membuatnya trauma,? khususnya media cetak.?

"Bicara soal demokrasi saya minta ampun. Saya kira kalau demokrasi kebablasan itu hal yang biasa. Saya berterimakasih kepada online.? Saya kan suka menulis. Sebelum ada online,? itu media cetak tidak ada yang mau memuat tulisan saya, dan online yang bisa memuat tulisan saya," ungkap Jaya.?

Menurut Jaya, pemberitaan media masa depan saat ini bukan di tangan media cetak, melainkan media online. Bahkan dirinya menyebutkan bahwa media non online memiliki keberpihakan yang 'keterlaluan'.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: