Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

McDonald's Tawarkan Kontrak Jam Kerja Tetap pada Karyawan di Inggris

McDonald's Tawarkan Kontrak Jam Kerja Tetap pada Karyawan di Inggris Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Rantai makanan cepat saji McDonald's memberikan pilihan kepada karyawannya di Inggris untuk memilih kontrak kerja dengan jam kerja tetap atau tanpa jam kerja.

Beredar kontroversi mengenai perusahaan yang menggunakan kontrak tanpa jam kerja namun tidak mengizinkan karyawannya bekerja di tempat lain. McDonald's sendiri telah melakukan uji coba langkah tersebut di 23 gerai perusahaan dan waralaba.

Dalam sebuah pernyataan, perusahaan mengatakan selama uji coba berlangsung, hanya sekitar 20 persen karyawan yang memilih untuk pindah ke kontrak jam kerja tetap.

"Sebagian besar karyawan kami senang dengan kontrak fleksibel mereka, namun beberapa di antaranya mengatakan kepada kami bahwa jam kerja yang lebih pasti akan membantu mereka mendapatkan akses lebih baik ke beberapa produk keuangan," kata CEO McDonald's Inggris, Paul Pomroy, seperti dikutip dari laman BBC di Jakarta, Kamis (27/4/2017).

McDonald's memiliki tenaga kerja Inggris lebih dari 115.000 orang, yang sebagian besar terikat kontrak tanpa jam kerja.

"Karyawan McDonald's harus ditawari kerja hingga 40 jam seminggu, dan kontrak permanen yang mencakup cuti tahunan, pembayaran sakit dan skema pensiun," kata Paul Maloney, sekretaris wilayah selatan serikat pekerja GMB.

"Pemerintah telah memeriksa kemungkinan perubahan untuk membuat pekerjaan tidak tetap lebih aman," ujar Paul Maloney.

Sementara itu, para investor merasa senang setelah rantai makanan cepat saji tersebut melaporkan keuntungan yang lebih baik dari perkiraan pada kuartal pertama.

McDonald's mencetak keuntungan sebesar 8 persen menjadi US$1,2 miliar, dibantu oleh pemotongan biaya, promosi Big Mac dan ekspansi menu All-Day Breakfast. Sahamnya naik lebih dari 5 persen hingga mencapai rekor tertinggi.

Seperti dilaporkan sebelumnya, McDonald's mengalami penurunan penjualan selama sebelas kuartal berturut-turut, namun penurunan tersebut masih lebih baik ketimbang perkiraan analis.

CEO Steve Easterbrook, bulan lalu mengumumkan rencana baru untuk memenangkan kembali dan mempertahankan pelanggan. Easterbrook mengatakan hasil kuartal pertama menunjukkan bahwa McDonald's memiliki "urgensi di seluruh bisnis".

Pendapatan turun 4 persen menjadi US$5,68 miliar, meskipun itu sebagian disebabkan oleh penjualan restoran ke pemegang waralaba sebagai bagian dari strategi pemulihan bisnis Easterbrook.

Sementara itu, McDonald's melaporkan penjualan yang lebih tinggi dari perkiraan di China dan Inggris, serta peluncuran All-Day Breakfast di Kanada menyusul peluncuran serupa di AS pada tahun 2015.

Saham McDonald's kini telah meningkat sekitar 15 persen sepanjang tahun ini, menaikkan valuasi pasar perusahaan Amerika Serikat tersebut sebesar US$115 miliar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Gregor Samsa
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: