Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jaringan Warkop Nusantara, Bisnis Sosial yang Berbuah Manis

Jaringan Warkop Nusantara, Bisnis Sosial yang Berbuah Manis Kredit Foto: Ning Rahayu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Berawal dari ketidaksengajaan berbisnis kopi, Setya Yudha Indraswara (40) atau yang akrab disapa Ullil, mengaku prihatin dengan kondisi pasar Indonesia yang lebih gemar mengkonsumsi kopi import ketimbang kopi lokal. Menurutnya, kopi import tidak lebih baik daripada kopi Indonesia.

Ullil yang sejak kecil telah diperkenalkan oleh sang kakek mengenai jenis dan rasa kopi, mengaku sangat menyukai kopi dan menjadi kebiasaan hingga saat ini. Namun semenjak dirinya mulai bekerja di Jakarta, pria kelahiran Blitar, 25 Desember 1977 ini pun merasa heran dengan fenomena warung kopi yang meyoritas tidak menjual kopi yang disebutnya dengan ?kopi benar? atau kopi murni. Beberapa warung kopi (warkop) yang ia singgahi hanya menyediakan kopi dalam bentuk sachet.

"Setiap ke warung-warung ketemunya kopi sachet. Mau ke kafe ya boros dong lama-lama, kalau setiap hari ngopi di kafe,? ungkap Ullil kepada Warta Ekonomi beberapa waktu lalu di Jakarta.

Karena meskipun hobi dengan kopi, Ullil tidak ingin sembarangan mengonsumsi kopi. Sejauh ini Ullil mengaku sangat selektif dalam memilih dan mengolah kopi. Biasanya ia akan membeli kopi dalam bentuk biji yang digilingnya sendiri di rumah. Kecintaannya terhadap kopi itulah yang kemudian menggiringnya untuk melakukan sebuah tindakan agar kopi Indonesia dapat dikenal oleh bangsanya sendiri.

Akhirnya Ulil berinisiatif untuk membawa kopi sendiri dari rumah dan dititipkan ke warung kopi untuk ia konsumsi sendiri saat jam istirahat. Namun meski membawa kopi sendiri dari rumah, Ulil tetap membayar penjual kopi di warkop dengan harga normal atau seharga kopi sachet yang dijual warkop tersebut.

Maksudnya ialah memperkenalkan kopi lokal yang menurutnya memiliki kualitas yang jauh lebih baik, enak, dan sehat. Beberapa kali berpindah tempat kerja, kebiasaan Ullil menitip ?kopi benar? di warkop dekat tempatnya bekerja pun masih terus dilakukannya. Sampai suatu ketika rekan kerjanya pun menyaksikan dan ikut melakukan hal serupa dengan memesan kopi dari Ullil yang kemudian dititipkannya di warkop.

Lambat laun ide bisnis pun muncul dari hobinya tersebut. Namun Ulil mengaku, bahwa tujuan utamanya hanya untuk memperkenalkan kopi Indonesia kepada kosumen Indonesia. Karena menurutnya selama ini pasar Indonesia sudah banyak dipengaruhi oleh brand-brand kopi luar yang telah berhasil menguasai pasar lokal dan membuat produk kopi lokal semakin terpuruk. Terlebih saat ini minum kopi sudah menjadi gaya hidup modern masyarakat Indonesia.

Ullil pun perlahan memperkenalkan kopi ke warkop dan kedai-kedai kopi dengan cara menitipkan kopi untuk dijual. Setiap warkop atau kedai, dititipkan Ullil dua bungkus kopi lokal dengan jenis yang berbeda.

Dua bungkus tersebut digratiskan Ullil sebagai tester. Namun jika kopinya tersebut laku terjual dan penjual warkop ingin menjual kembali kopi lokal yang dititipkan Ullil, baru ia akan memasang harga, namun tetap dengan harga yang disubsidi, karena tujuan awal Ullil bukan berbisnis, melainkan memperjuangkan kopi Nusantara. Setiap bungkus kopi yaitu Rp 25 ribu dan dapat diseduh menjadi beberapa gelas kopi. Hal tersebut mulai dilakukan Ullil pada Agustus 2016.

Gerakan mensosialisasikan kopi lokal tersebut pun terus dilakukan Ullil hingga lama kelamaan banyak teman-temannya yang bergabung dengannya untuk mengkampanyekan kopi lokal. Ullil dan teman-temannya pun mulai membentuk sebuah organisasi sosial atau yang biasa ia sebut dengan usaha gotong royong bernama Jaringan Warkop Nusantara (JWN).

Lambat laun, Ullil dan teman-teman mulai berpikir bahwa mereka tidak bisa hanya bergerak untuk tujuan sosial semata. Hingga akhirnya, Ullil dan teman-temannya pun mulai menjual kopi dengan skala yang lebih besar. Ullil mulai membedakan konsumen yang harus disubsidi (warkop kecil) dan konsumen yang diberinya harga normal.

Ketika menitipkan kopi di warkop, Ullil tidak hanya mendrop produk begitu saja. Ia juga memberikan training kepada penjual kopi mengenai kopi Indonesia hingga cara pengolahan dan penyeduhannya.

Selain itu, Ulil yang sudah sejak lama memiliki hobi ?ngopi? tersebut pun mengaku sudah banyak mengenal distributor pertama ?kopi benar? atau kopi murni, bahkan relasinya langsung sampai ke petani kopi. Hal tersebutlah yang membuatnya tidak kesulitan mendapatkan supply ?kopi benar? untuk dijualnya. Saat ini, Ullil pun memiliki kelas binaan untuk berbisnis warkop, salah satunya adalah Kedai Kopi Adumanis yang berlokasi di Jakarta Selatan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel:

Berita Terkait