Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

TaniHub, Jembatan Petani dengan Pasar

TaniHub, Jembatan Petani dengan Pasar Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Petani mungkin tidak akan menjadi pilihan cita-cita oleh orang-orang sekarang. Bukan tidak tahu petani, tapi citra petani sudah kelewat tidak menarik. Kesejahteraan yang tidak terjamin, kemiskinan, ataupun masa depan yang tidak menentu.?

Stigma tersebut memang harus segera dicabut dari pandangan umum. Petani akan bernasib sebaliknya jika mereka memiliki akses dan memanfaatkan permintaan pasar dengan sebaik-baiknya. Pada dasarnya, hasil dari petani adalah barang konsumsi masyarakat.

Jumat pagi (17/2/2017), sejumlah pegawai TaniHub sedang bersiap-siap mengirimkan sejumlah keranjang yang berisi buah-buahan. ?Mau dikirim ke Lotte,? kata salah seorang pegawai yang sedang menunggu mobil pengangkut buah tersebut.

Buah-buahan tersebut langsung dari petani dan dikirimkan ke pembeli, baik dari pasar modern maupun tradisional. TaniHub adalah start up marketplace yang mempertemukan petani dengan para pembeli hasil-hasil pertanian.

Pemanfaatan teknologi internet harapannya dapat memberikan peluang para petani untuk mengembalikan derajat mereka. Sebagai penghasil pertanian, petani memiliki kesempatan langsung untuk bertransaksi dengan para pembeli.

Start up ini mengaku memiliki lebih dari 400 produk pertanian, mulai dari buah, sayur, hasil ternak, perikanan, dan bibit. Segala macam yang dihasilkan oleh petani, peternak, dan nelayan, tersedia di market ini. Adapun jumlah petani yang sudah kerja sama sudah mencapai di atas 10.000 petani atau tergabung dalam sekitar 550 kelompok tani (poktan).

?Kita sudah punya klien itu 30, baik individual ataupun korporat, kayak retailer segala macam. Korporat (klien?Red.) kurang lebih sudah sekitar 15-an,? tutur CEO & Co-Founder TaniHub Ivan Arie Sustiawan.

Sejumlah nama ritel modern telah menjadi langganan TaniHub. Beberapa di antaranya kontrak kerja sama dengan Lotte dan Savemax. Ivan menyebutkan bakal ada lagi kontrak-kontrak baru dengan sejumlah ritel modern lainnya.

Sebagai start up, ia harus memberikan kepuasan kepada klien-kliennya dan memastikan mata rantai produk-produk pertanian yang diproduksi oleh petani dapat tersedia dan kualitas sesuai dengan kemauan pasar. Bagaimana Ivan membangun kepercayaan petani sebagai pihak yang memasok dan klien sebagai pembeli melalui aplikasi ini? Melalui start up ini, Ivan memberikan keyakinan kepada petani bahwa barang mereka pasti terjual jika berinteraksi di TaniHub.

Nah, tugas besar yang harus dilakukan oleh TaniHub adalah memastikan adanya pembeli yang mau membeli barangnya petani.

?Jadi yang dilakukan Alibaba saat pertama kali sama yang kita lakukan sekarang. Kita mendorong bagaimana orang mau membeli barang itu sekarang. Tapi nanti akan terjadi otomatis,? tandas Ivan.

Ibaratnya hanya memerlukan stimulus awal agar terjadi interaksi antara penjual dan pembeli. Setelah semuanya merasa nyaman dan saling diuntungkan, maka secara alamiah bisnis tersebut akan bergerak dengan sendirinya. Petani akan terus menawarkan produk pertaniannya dan baik pasar modern maupun pasar tradisional mencari produk pertanian yang ada dalam pasar virtual ini.

Ivan tidak ketakutan bila mereka melakukan transaksi sendiri di luar TaniHub. Ada value yang tidak mereka peroleh saat mereka transaksi di luar start up ini. Menurutnya, ada kenikmatan jika mereka pakai aplikasi tersebut.

?Emang ada yang mau bayar 3 hari langsung ke petani? Nggak akan pernah. minimal satu miliar. Ivan menceritakan sejumlah tantangan yang TaniHub hadapi, baik saat berhubungan dengan para petani ataupun pembeli. Tantanganya adalah mengedukasi para petani dan mengubah mindset petani. ?Kita bikin ini bukan untuk sebagai penjual buah atau sayur, bukan. Kita membuat sistem aplikasi marketplace agriculture yang berbasis teknologi,? kata Ivan.

Ia menyadari bahwa memberikan pengertian butuh waktu. Intinya harus meyakinkan bahwa penting menggunakan aplikasi tersebut. Penggunaan aplikasi tersebut dapat meningkatkan pendapatan mereka. Penggunaan teknologi akan mempermudah transaksi mereka. Tantangan lainnya adalah mendapatkan suplai yang berkelanjutan (sustain).

Petani memiliki hubungan dengan beberapa pedagang lainnya. Mereka menjual lewat beberapa pintu. Jadi kadang-kadang mereka masih ada sifat oportunisnya karena dipaksa dengan kondisi. Kadang harga yang disepakati tiba-tiba mengalami perubahan. Hal itu sempat dialami TaniHub. Selain itu juga kapasitas produksi petani belum besar sekali.

Oleh karena itu, TaniHub juga belum berani untuk memasuki pasar modern yang mencanangkan permintaan dalam jumlah yang sangat besar. Adapun dari sisi klien, TaniHub terus memberikan informasi kepada mereka bahwa harga bisa dipantau aplikasi tersebut sebenarnya hanya sesi konfirmasi saja, tidak ada pembayaran apa pun.

?Jadi, orang yang pakai aplikasi kita itu sudah punya kontrak dan sudah mendapatkan kredit fasilitas dari kita. Jadi bukan kayak marketplace yang lain langsung cash on delivery (COD), bayar di depan,? kata pendiri start up yang tengah ambil bagian dalam program AKSI Pangan OJK.

Transaksi dan pembayaran yang diadopsi oleh start up ini adalah barang dikirim, pembeli menerima, setelah itu Bahkan, mereka juga dapat memperkirakan harga riilnya dari petani karena TaniHub tidak mengambil besar. Artinya mereka dapat dengan mudah mengkomparasikan dengan harga di pasaran.

TaniHub ingin menunjukkan bahwa untuk mendapatkan pasokan komoditas pertanian tidak perlu ribet. Jadi pekerjaan rumahnya adalah meyakinkan mereka tentang metode pendekatan baru dalam hal sourcing. Senapas dengan peningkatan mata rantai bisnis ini, Ivan berencana meluncurkan TaniFund pada Juni 2017.

TaniFund itu seperti crowd-lending. Saat membuat crowd-lending maka dibutuhkan bank yang menampung uangnya. Melalui TaniFund ini, petani bisa menerima bibit, pupuk, pakan, atau segala macam. Setelah mereka panen, di mana ada bank juga di sini, yang mungkin juga membantu co-financing-nya.

Jadi ada yang dibiayai oleh bank, investor, dan TaniFund. Banyak skemanya untuk meningkatkan kapasitas para petani tersebut. Antara TaniHub dan TaniFund terintegrasi. Artinya saat investor ataupun bank akan melakukan financing kepada petani-petani tersebut, mereka dapat melihat secara riil kesehatan alur kas mereka yang ditransaksikan melalui TaniHub. Adanya sistem pembiayaan ini pula dapat meminimalkan terjeratnya para petani dari para rentenir.

Sumber: Majalah Warta Ekonomi Edisi lll

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Arif Hatta
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Advertisement

Bagikan Artikel: