Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Chevron Komitmen Maksimalkan Produksi Blok Rokan

Chevron Komitmen Maksimalkan Produksi Blok Rokan Kredit Foto: Muhamad Ihsan
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) memiliki komitmen untuk berproduksi secara maksimal pada blok minyak dan gas bumi (migas) Rokan, Riau.

Senior Vice President Policy, Government and Public Affairs Chevron Pacific Indonesia, Yanto Sianipar di Jakarta, Selasa (16/5/2017), mengatakan blok Rokan akan dikelola seefisien mungkin.

Produksi Blok Rokan yang siap jual (lifting) mencapai 256 ribu BPH pada 2016. Masa kontrak pengelolaan akan berakhir pada September 2021.

"Kami ingin sekali rokan berkinerja optimum dan menghasilkan sesuatu yang berguna bagi Indonesia dan masyarakat Riau, terutama dalam hal kinerja produksi dan biaya operasional," katanya.

Dalam kesempatan tersebut hadir pula pengamat minyak dan gas bumi (migas) Pri Agung Rakhmanto, ia menilai harga minyak sampai akhir tahun 2017 masih rendah atau tidak akan melebihi 60 dolar AS (USD) per barel.

"Saya kira masih di angka 50-55 dolar AS. Sudah agak naik karena OPEC memutuskan memangkas produksinya. Kira-kira kalau pun naik gradientnya nggak langsung tinggi. Kecuali ada gejolak luar biasa seperti perang itu bisa jadi naik luar biasa," kata Pri Agung Rakhmanto yang juga sebagai penasihat ReforMiner Institute.

Menurut dia, hal tersebut karena kelebihan produksi sudah lama sejak 2015. Pasokan banjir melebihi permintaan, sama seperti yang terjadi 2017. Jadi harga minyak masih akan bertahan rendah dalam jangka waktu cukup lama.

"Kalau mau lihat bakal seperti apa, OPEC bukan satu-satunya penentu, tapi 30 persen produksi dunia tetap bisa memengaruhi. Kalau dia berbaik hati mau turunkan produksinya, mungkin harga minyak naik. Tapi dia nggak mau kalau harga minyak dunia terlalu tinggi. Jadi sekarang politis aja, hanya menjaga keseimbangan saja," katanya.

Implikasi dari hal tersebut adalah sejak 2014 investasi di semua negara turun. Termasuk juga Indonesia turut turun. Pada 2016 hanya ada 11 miliar dolar AS investasi hulu migas, padahal sebelumnya mencapai 15-20 miliar dolar AS. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: