Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Korban Jiwa Capai 180 Orang, Sri Lanka Kerahkan Lebih Banyak Militer

Korban Jiwa Capai 180 Orang, Sri Lanka Kerahkan Lebih Banyak Militer Kredit Foto: Reuters/Dinuka Liyanawatte
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ribuan tentara Sri Lanka berjuang pada hari Senin (29/5/2017) untuk mendapatkan pasokan bantuan kepada lebih dari setengah juta orang yang mengungsi dikarenakan banjir terburuk selama 14 tahun di pulau itu, yang menewaskan sedikitnya 180 orang.

Militer mengatakan jeda dalam hujan monsun yang lebat memungkinkannya untuk menggunakan pesawat terbang, kapal dan pasukan darat untuk mengevakuasi orang-orang dari daerah banjir, memberikan hal-hal yang vital untuk para pengungsi dan mengidentifikasi mayat korban banjir.

Lebih dari 550.000 orang harus meninggalkan rumah mereka karena hujan lebat, yang membawa banjir dan tanah longsor ke sebagian besar bagian barat daya pulau itu.
Sri Lanka secara terus menerus terkena banjir pada awal musim hujan tahunan. Tapi seorang pengrajin kayu J. H. Siripala, yang tinggal di salah satu daerah yang terkena dampak paling parah, mengatakan bahwa dia belum pernah melihat kejadian buruk seperti ini.

"Saya telah tinggal di daerah ini selama 27 tahun dan kami telah melewati serangkaian banjir, namun saya tidak pernah mengalami banjir yang seperti ini," kata seorang bapak berusia 62 tahun kepada AFP News di distrik Kalutara di pantai barat daya saat sebuah kapal angkatan laut membawa dia ke tempat yang lebih aman, sebagaimana dikutip dari laman Channel NewsAsia, di Jakarta, Selasa (30/5/2017).

"Saya pikir itu adalah akhir hidup saya," katanya sambil mengingat bagaimana permukaan air tiba-tiba naik pada hari Minggu (30/5/2017), menutupi kepalanya, sebelum ia ditarik ke tempat yang aman.
Dhanushka Fernando mengatakan rumahnya di bawah delapan kaki atau (2,5 meter) air pada hari Minggu (28/5/2017).

"Kami mengalami banjir pada tahun 2003 tapi tidak separah ini," kata petenis berusia 28 tahun itu kepada AFP News.

Pada bulan Mei 2003, 250 orang terbunuh dan 10.000 rumah hancur setelah musim hujan yang sama kuatnya dengan monsun. Korban tewas resmi meningkat menjadi 180 pada hari Senin (29/5/2017) setelah tentara menggali mayat seorang wanita dan seorang anak dari bawah ton lumpur setelah tanah longsor di Ratnapura, ibukota permata pulau itu.

Pusat Manajemen Bencana mengatakan 110 orang lainnya hilang. Lebih dari 5.500 rumah mengalami kerusakan struktural atau hancur total, menurut data resmi.

Sebuah kecelakaan helikopter Mi-17 mendarat Senin (29/5/2017) saat mencoba mengantarkan makanan dan kebutuhan lainnya ke sebuah desa terdampar di wilayah selatan Baddegama. Namun, juru bicara angkatan udara Gihan Seneviratne mengatakan tidak ada korban jiwa.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: