Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

ATM Beras di Purwakarta Upaya Terjemahkan Sila ke-5

ATM Beras di Purwakarta Upaya Terjemahkan Sila ke-5 Kredit Foto: Angga Nugraha
Warta Ekonomi, Purwakarta -

Pengamalan kehidupan ber-Pancasila kata Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi bukan sekedar pintar berpidato dengan teori melangit. Pancasila hanya perlu diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pemberlakuan ATM beras yang diterapkan di empat desa di Purwakarta yakni Desa Wanakerta, Bungursari, Dangdeur dan Cibungur Kecamatan Bungursari menurutnya, sebagai bagian dari upaya menterjemahkan sila ke-5 Pancasila.

"Menjalankan Pancasila bicara saya Pancasilais, berteori dengan pidato berapi-api. Meyakini Pancasila sebagai pandangan kehidupan bernegara, giatkan gotong royong untuk mencapai keadilan. Salah satunya hari ini saya memberlakukan ATM beras untuk warga," ujar Dedi di sela peresmian ATM beras di Desa Wanakerta Kecamatan Bungursari Kabupaten Purwakarta, Kamis (1/6/2017).

Mesin ATM beras ini mampu menampung 300 kg beras untuk warga penerima beras sejahtera (rastra). Namun beras di mesin ATM bukan beras yang disuplai dari Bulog sebagai pemegang teknis kebijakan rastra yang semula bernama beras miskin (raskin). Di Desa Wanakerta, terdapat 124 anggota warga penerima rastra.

"Beras di mesin ATM beras ini berasal dari sumbangan patungan warga Purwakarta. Termasuk buruh. Dengan semangat gotong royong yang diterjemahkan dalam ATM beras ini, saya berupaya menterjemahkan sila ke-5, 2 dan 3 Pancasila," ucap Dedi.

Sistem ATM beras ini, warga penerima rastra mendapatkan kartu ATM. Setiap bulan, mereka mendapat jatah 15 kg. Sekali pengambilan maksimal 3 kg. Melalui sistem itu, Dedi sekaligus hendak menghimbau warga agar tidak membeli rastra.

"Rastra itu tidak Pancasilais. Berasnya kurang berkualitas dan penerimanya, warga kurang mampu harus beli. Kan tragis," ujarnya.

Beras sebagai kebutuhan dasar warga seharusnya bisa diakses dengan gratis. Caranya dengan bergotong royong. Ia mencontohkan, di Pemkab Purwakarta, ASN mampu menyumbang beras setiap bulannya.
"Berikut juga dengan buruh di Purwakarta juga mampu menyumbang beras. Nilainya, buruh yang gajinya Rp2.5 juta, nyumbang Rp2500, yang gajinya Rp5 juta nyumbang Rp 5000. Uangnya digabung, patungan untuk dibelikan beras. Beras yang sudah dibeli untuk mengisi ATM beras untuk diakses warga dengan gratis," kata Dedi.?

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Angga Nugraha
Editor: Vicky Fadil

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: