Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Muslim Asia di Timteng Dalam Keadaan Sulit, Imbas Meregangnya Hubungan Negara Arab dan Qatar

Muslim Asia di Timteng Dalam Keadaan Sulit, Imbas Meregangnya Hubungan Negara Arab dan Qatar Kredit Foto: Cahyo Prayogo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Negara-negara non-Arab di Asia, seperti Malaysia, Indonesia dan Pakistan, berada di posisi yang sulit setelah Arab Saudi memimpin sebuah tindakan keras kepada Qatar, menuduh negara kecil Emirat tersebut mendukung militan pro-Iran.

Malaysia telah menyambut Raja Salman Arab Saudi pada akhir Februari, yang pertama oleh seorang Raja Saudi ke Malaysia dalam lebih dari satu dekade. Kemudian, bulan berikutnya, Kuala Lumpur menandatangani perjanjian kerjasama pertahanan dengan Qatar.

Seorang sumber yang dekat dengan pemerintah Malaysia mengatakan bahwa upaya baru-baru ini untuk memperkuat hubungan dengan Qatar, termasuk kunjungan menteri luar negeri bulan lalu, kemungkinan kunjungan balik akan ditunda.

"Kami cenderung akan kehilangan banyak dengan berpihak pada Qatar," kata sumber tersebut, yang meminta namanya dirahasiakan, sebagaimana dikutip dari laman Channel NewsAsia, di Jakarta, Rabu (7/6/2017).

Pada hari Senin, setengah dari belasan negara, termasuk Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, dan Bahrain, memutuskan hubungan diplomatic mereka dengan Qatar yang kaya akan sumber daya alamnya, mereka menuduh bahwa Qatar mendukung Teheran dan kelompok-kelompok Islam seperti Ikhwanul Muslimin. Qatar mengatakan bahwa pihaknya tidak mendukung terorisme dan pecahnya negara-negara Teluk berlandaskan pada "klaim palsu yang tidak berdasar."

Doha sekarang menghadapi situasi ekonomi yang sulit karena negara tersebut mengandalkan tetangga di negara-negara Teluk untuk 80 persen dari impor makanannya.

"Perhentian diplomatik di Qatar dipandang sebagai tusukan tidak langsung kepada Iran, dan meninggalkan negara-negara Muslim non-Arab dalam posisi tidak nyaman," menurut James Dorsey, seorang rekan senior di Singapore S Rajaratnam School of International Studies (RSIS).

"Orang Saudi memandang Iran sebagai ancaman teroris yang paling utama dibandingkan Islamic State atau Negara Islam dan banyak negara Muslim non-Arab yang kemungkinan tidak akan setuju dengan itu," Dorsey mengatakan kepada Reuters.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Advertisement

Bagikan Artikel: