Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pesawat Susi Air Ditembak di Papua, Bos AirNav Bilang Begini

Pesawat Susi Air Ditembak di Papua, Bos AirNav Bilang Begini Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
Warta Ekonomi, Makassar -

Direktur Utama Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia atau lebih dikenal AirNav Indonesia, Novie Riyanto, angkat bicara ihwal ditembaknya pesawat Susi Air di Puncak Jaya, Papua, Jumat?(16/6/2017). Insiden tersebut disebutnya sangat membahayakan dan perlu diinvestigasi. Adapun, investigasi dilakukan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

Novie mengungkapkan pihaknya sendiri belum menerima laporan lengkap mengenai penembakan pesawat jenis Pilatus PK-BVC tersebut. Belum diketahuinya titik pasti lokasi penembakan dan ketinggian pesawat tatkala kejadian.

"Belum ada laporan lengkap. Yang pasti saat terbang ditembak dari bawah sehingga ada body (pesawat) yang terkena," kata Novie di sela kunjungan kerja dalam rangka pemantauan kesiapan navigasi penerbangan di Makassar Air Traffic Service Center (MATSC), Jumat (16/6/2017).

Pesawat Susi Air yang dipiloti Steven, warga Australia, dilaporkan akhirnya mendarat darurat di Puncak Jaya. Pesawat tersebut membawa delapan penumpang yang terdiri atas lima anggota Brimob dan dua orang masyarakat sipil. Tembakan orang tidak dikenal diduga mengenai ban sehingga dilakukan pendaratan darurat.

"Meski ada body (pesawat) yang kena tapi kejadian itu tidak makan korban," ujar bos AirNav Indonesia itu.

Menurut Novie, untuk mengantisipasi dan menindaklanjuti kejadian tersebut dibutuhkan adanya sinergitas seluruh pihak terkait. AirNav Indonesia sendiri tidak bisa bergerak sendiri mengingat banyak pihak yang terlibat dalam layanan penerbangan. Didorong agar seluruh pihak terkait untuk mengambil langkah strategis dalam upaya mengeliminasi ancaman penerbangan, seperti penembakan pesawat.

AirNav Indonesia, Novie mengungkapkan tidak menutup kemungkinan akan mengubah rute penerbangan pasca-penembakan di Puncak Jaya. Namun, hal tersebut hanya akan dilakukan bila terungkap bahwa rute penerbangan yang selama ini dilalui merupakan daerah konflik. Langkah tersebut pernah ditempuh AirNav tatkala konflik terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam, beberapa tahun lalu.

"Kalau memang mengancam penerbangan ya bisa dilakukan, seperti di Aceh dulu, kita ubah rute menjauhi daerah konflik. Itu sudah menjadi kewajiban AirNav. Tapi untuk sekarang (insiden di Papua), kan belum ketahuan ditembak di mana dan oleh siapa. Itu yang perlu diidentifikasi terlebih dulu. Kalau sudah jelas maka kita pasti akan melakukan upaya untuk menghindarinya," pungkas Novie.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: