Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hadapi Banyak Tekanan, Qatar Bertekad Dorong Produksi Gas Dalam Negeri

Hadapi Banyak Tekanan, Qatar Bertekad Dorong Produksi Gas Dalam Negeri Kredit Foto: Reuters/Stringer
Warta Ekonomi, Jakarta -

Di tengah pressure yang sedang melanda Qatar, negara tersebut bertekad untuk dorong produksi gas pada hari Selasa (4/7/2017) saat tenggat waktu mendekati Doha untuk penuhi tuntutan negara-negara Arab yang melakukan blokade terhadapnya.

Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir, yang menuduh Qatar mendukung ekstremisme, memberikan Doha waktu selama 48 jam ekstra untuk penuhi tuntutan mereka setelah batas waktu 10 hari berakhir pada hari Minggu.

Menteri luar negeri Qatar memberikan tanggapan resmi pada hari Senin ke Kuwait, yang mencoba untuk turunkan tensi ketegangan dalam perselisihan tersebut, namun isinya belum diungkapkan.

Tuntutan tersebut mencakup Doha yang mengakhiri dukungan untuk Ikhwanul Muslimin, menutup stasiun berita Al-Jazeera, menurunkan hubungan diplomatik dengan Iran, dan menutup sebuah pangkalan militer Turki di emirat tersebut.

Keempat negara tersebut memutus hubungan diplomatik dan transportasi dengan Qatar sebulan yang lalu dan telah menyarankan agar sanksi lebih lanjut dapat diberlakukan jika Doha tidak mematuhi kehendak mereka.

Qatar, yang membantah dukungan mereka untuk ekstremis, telah bersikap menantang, dengan mengatakan bahwa mereka tidak akan tunduk pada tekanan, dan bahwa tuntutan tersebut tampaknya dirancang untuk ditolak.

Negara ini merupakan penghasil Liquified Natural Gas (LNG) terkemuka di dunia, dan pada hari Selasa (4/7/2017) kepala Qatar Petroleum mengatakan bahwa pihaknya merencanakan peningkatan produksi yang signifikan dalam beberapa tahun ke depan.

Saad Sherida Al-Kaabi mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa pihaknya tersebut bermaksud untuk memproduksi 100 juta ton gas alam pada tahun 2024, naik 30 persen dari level saat ini.

"Proyek baru ini akan memperkuat posisi Qatar," tegas Kaabi, sebagaimana dikutip dari laman Channel NewsAsia, di Jakarta, Rabu (5/7/2017).

"Kami akan tetap menjadi pemimpin LNG untuk waktu yang sangat lama," tambahnya.

Beberapa pejabat telah menyarankan jika Qatar tidak bekerja sama dengan Riyadh dan sekutu-sekutunya, dapat meminta perusahaan asing untuk memilih antara berbisnis dengan mereka atau dengan Doha.

Kaabi menambahkan Qatar ingin peningkatan produksi dilakukan melalui usaha patungan dengan perusahaan internasional, namun Doha bisa melakukannya sendiri jika diperlukan.


Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Advertisement

Bagikan Artikel: