Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Likuiditas BCA Masih Longgar

Likuiditas BCA Masih Longgar Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatatkan rasio pinjaman terhadap pendanaan loan to funding ratio (LFR) per Juni tahun ini sebesar 74,5%. Angka ini merefleksikan jika posisi likuiditas perusahaan masih longgar, padahal outstanding kredit perusahaan pada tahun ini berhasil tumbuh 11,9%.

Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja mengatakan bahwa hal tersebut didukung oleh perolehan dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil tumbuh 16,7% menjadi Rp572,2 triliun. Perseroan masih mengandalkan dana murah dalam struktur pendanaannya, tercatat perolehan dana yang berhasil terhimpun dari tabungan dan giro mencapai 74,6% dari total DPK.

?Dana murah kita meningkat 12% menjadi Rp426,9 triliun, jumlah tersebut terbagi atas giro yang meningkat sebesar 23,5% menjadi Rp148,6 triliun dan tabungan yang bertumbuh 6,7% menjadi Rp278,3 triliun. Dana deposito juga ikut tumbuh 33% menjadi Rp145,3 triliun,? katanya di Jakarta, Kamis (27/7/2017).

Lebih lanjut dirinya mengatakan bahwa naiknya jumlah deposito perusahaan merupakan imbas dari kenaikan suku bunga deposito sejak akhir tahun lalu. Perseroan mengaku sudah menaikkan suku bunga deposito sebesar 1% sebagai langkah antisipasi mengetatnya likuiditas di tahun ini, mengingat ragam proyek infrastruktur sudah mulai banyak berjalan.

?Kita ada tambahan Rp15 triliun dari deposito, ditambah dengan sisa dana tax amnesty yang sejak Desember sudah masuk,? tambahnya.

Sementara itu, mengenai permodalan, per Juni 2017 rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) BCA masih berada di level yang cukup tebal, yakni bertengger di angka 22,1%. Meski begitu, perseroan harus menerima bahwa rasio kredit bermasalah nya atau non performing loan?(NPL) perusahaan mengalami kenaikan sebesar 0,1% menjadi 1,5% per Juni 2017.

Jahja menjelaskan, angka tersebut masih berada dalam batasan toleransi resiko yang dapat diterima. Oleh karena itu, perseroan juga meningkatkan cadangan kreditnya menjadi Rp12,5 triliun atau membengkak 23,7% dari periode yang sama tahun lalu dengan rasio cadangan terhadap kredit bermasalah mencapai 196,3%.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Gito Adiputro Wiratno
Editor: Rizka Kasila Ariyanthi

Advertisement

Bagikan Artikel: