Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Ayam Murah, Kinerja Emiten Perunggasan Melempem

Harga Ayam Murah, Kinerja Emiten Perunggasan Melempem Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemulihan ekonomi masih belum dirasakan oleh industri perunggasan Indonesia hingga semester satu tahun ini, meski ada faktor musiman puasa dan Lebaran, ternyata permintaan terhadap ayam dan turunannya tidak sebesar perkiraan semula. Alhasil kinerja keuangan perusahaan-perusahaan Perunggasan belum menggembirakan.

Padahal pemerintah sudah semakin pro aktif membantu industri ini dengan program pemusnahan untuk mengurangi keterpurukan harga, namun karena permintaan rendah, harga ayam masih stabil murah. Menurut Analis PT Bahana Sekuritas Michael Setjoadi, rendahnya daya beli masyarakat pada tahun ini menjadi salah satu penyebab berkurangnya konsumsi ayam.?

"Dengan adanya formulasi baru terhadap kenaikan upah minimum, yakni besar pertumbuhan ekonomi plus besar inflasi, serta adanya kenaikan tarif dasar listrik membuat daya beli masyarakat tidak sekuat tahun sebelumnya," ujarnya, dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (8/8/2017).?

Menurut Michael, tak heran bila kinerja keuangan perusahaan seperti PT Charoen Poghpand Indonesia (CPIN), PT Japfa Comfeed Indonesia (JPFA), dan PT Malindo Feedmill (MAIN) pada kuartal kedua tahun ini belum sesuai harapan. Melihat pencapaian hingga semester satu tahun ini, Bahana merevisi ke bawah prediksi kinerja keuangan ketiga perusahaan ini untuk sepanjang 2017.

Namun terpuruknya harga Ayam tidak akan berlanjut hingga tahun depan, pasalnya pemerintah semakin memahami waktu yang tepat untuk melakukan pemusnahan, sehingga kestabilan harga lebih terjamin dan daya beli masyarakat akan berangsur pulih pada tahun depan menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Komoditas telur dan ayam merupakan bahan pokok yang harganya diatur oleh pemerintah, sehingga fluktuasi harga lebih terjaga.

Bahana memperkirakan pendapatan perusahaan berkode saham CPIN ini akan tergerus menjadi sebesar Rp39,93 triliun pada akhir 2017, dari perkiraan semula sekitar Rp41,45 triliun. Pada tahun depan, diperkirakan Charoen bisa mengantongi pendapatan sekitar Rp42,93 triliun, turun 2,3% dari perkiraan semula.

Turunnya pendapatan mempengaruhi perkiraan laba bersih sepanjang tahun ini, yang diperkirakan turun hingga 23,9% dari perkiraan semula menjadi Rp2,42 triliun pada akhir 2017. Namun pada tahun depan, meski pendapatan diperkirakan turun, tapi laba bersih diperkirakan tumbuh 10,6% dari perkiraan semula menjadi Rp3 triliun.

"Dengan perkiraan kinerja ini, Bahana merekomendasikan reduce untuk saham CPIN karena valuasi harga sudah kemahalan, dengan target harga turun dari Rp2.900 menjadi Rp2.750 per lembar saham," ucapnya.

Sementara rekomendasi Bahana atas perusahaan berkode JAPFA lebih positif karena fundamentalnya lebih baik, memiliki bisnis yang lebih beragam dan valuasi harga masih murah, sehingga perusahaan sekuritas pelat merah ini merekomendasikan beli dengan target harga sedikit mengalami kenaikan dari semula Rp1.700 menjadi Rp1.750 per lembar saham.

Sama halnya dengan CPIN, kata Michael, pendapatan Japfa pada akhir tahun ini diperkirakan turun sebesar 3,7% dari perkiraan semula menjadi Rp 27,6 triliun, sehingga laba bersih diperkirakan turun sebesar 19% dari perkiraan semula menjadi Rp1,31 triliun pada akhir 2017.

"Tahun depan, meski pendapatan diperkirakan turun sebesar 2,6% dari perkiraan semula menjadi Rp28,81 triliun, namun laba bersih diperkirakan melonjak hingga 35% dari perkiraan semula menjadi Rp1,61 triliun," ungkapnya.?

Untuk Malindo Feedmill, anak usaha Badan Pembinaan Usaha Indonesia atau lebih dikenal dengan BPUI juga merekomendasikan Reduce atas saham MAIN karena valuasi harga sudah kemahalan serta ketersediaan fasilitas untuk menunjang usahanya belum tersedia, seperti misalnya freezer untuk mempertahankan Ayam tetap dalam kondisi segar sejak pemotongan hingga ke konsumen, Malindo masa menggunakan jasa pihak ketiga serta ada beberapa fasilitas lainnya yang belum tersedia.

Tahun ini, pendapatan Malindo diperkirakan turun hingga 8,3% dari perkiraan semula menjadi Rp5,37 triliun, akibatnya laba bersih anjlok hingga 36,3% dari perkiraan semula menjadi Rp190 miliar pada akhir 2017. Sementara itu, pendapatan tahun depan diperkirakan turun 7% dari perkiraan semula menjadi Rp5,77 triliun, dengan kenaikan laba bersih sekitar 5,1% dari perkiraan semula menjadi Rp240 miliar.

"Sehingga Bahana menurunkan target harga MAIN menjadi Rp860 dari perkiraan semula Rp1.100 per lembar saham," pungkasnya.?

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Rizka Kasila Ariyanthi

Advertisement

Bagikan Artikel: