Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kesuburan Tanah Indonesia Merupakan Peluang yang Harus Dimanfaatkan UKM

Kesuburan Tanah Indonesia Merupakan Peluang yang Harus Dimanfaatkan UKM Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indonesia merupakan negara dengan tingkat kesuburan tanah yang jauh lebih subur dibandingkan negara-negara Eropa. Jika dibandingkan dengan negara lain seperti negara Amerika dan China, yang untuk memanen kayu harus menunggu puluhan tahun, lantaran hanya bisa tumbuh di musim panas, Indonesia hanya butuh waktu paling lama lima tahun untuk memanen tumbuhan seperti kayu. Kemudian untuk berbagai jenis sayur mayur, setiap hari bisa tumbuh dengan kualitas yang baik di tanah Indonesia, jika pengelolaannya digarap dengan benar.

Kondisi Indonesia yang masih gemar melakukan impor, bahkan untuk sekedar bahan pangan, ternyata menjadi salah satu alasan mengapa petani di Indonesia belum bisa makmur. Untuk itu, Witjaksono (35) seorang pengusaha muda di bidang perikanan mengatakan bahwa dirinya bersama Kementerian Pertanian dan beberapa lembaga penggerak ekonomi kerakyatan, untuk mulai menggelorakan tanam masal.

"Kalau jadwalnya tidak berubah, tanggal 4 september nanti itu kita akan tanam perdana. Itu 10 ribu hektar tanam jagung masal, itu kita libatkan seluruh petani di Bengkulu sana. Dengan begitu saya baru sadar, dengan harga dasar jagung sebesar 3.150 rupiah/kilo yang di beli oleh bulog dengan ongkos kerja yang tidak begitu mahal, ternyata kita bisa menghasilkan rata-rata itu pendapatan petani akan mendapatkan 20 juta sampai 30 juta. Itu dalam satu kali panen dalam 3-3 setengah bulan. Berarti kalau kita hanya bertani aja itu melebihi UMR. Dengan bertanam jagung yang benar itu kita bisa dapat 5 juta dalam satu bulan,? jelas Witjaksono dalam acara Seminar Indonesia CSR yang digelar Warta Ekonomi beberapa waktu lalu di Balai Kartini Jakarta.

Berdasarkan data yang diperolehnya, Witjaksono mengatakan bahwa impor jagung yang dilakukan Indonesia yaitu mencapai 9 juta ton setiap tahunnya. Sementara kedelai impor yang menjadi bahan dasar tempe dan tahu tidak kurang dari 5 juta ton.

"Tahun ini kita harus stop impor dan kita berdayakan masyarakat kita sendiri,? tegas Witjaksono.

Ia pun meyakini bahwa Indonesia akan jauh lebih kaya jika kekayaan alam dan kesuburan tanahnya bisa dimanfaatkan dan dikelola dengan manajemen yang baik dan benar.

?Kita punya lahan yang luas, kita punya SDM, ?punya petani besar, punya mineral cukup besar. Kita berharap agar Indonesia tidak miskin tetapi Indonesia adalah negara yang kaya. Dan kita berharap agar developing country ini terus begrerak dan bergerak. Dan jangan sampai negara ini ironinya kalau kuspus bilang nancapin kayu aja di tanah Indonesia itu bisa tumbuh, tapi petaninya malah masuk kategori ?miskin. Nah itu harus kita rubah,? tuturnya. ?

Dengan gerakan ini, Witjaksono ingin membuktikan bahwa ekonomi masyarakat Indonesia itu sebenarnya kuat, kalau dikelola dengan benar, dan akan memberikan kemaslahatan umat yang jauh lebih baik, sehingga ini menjadi PR bagi UKM untuk lebih jeli dalam melihat peluang. Kemudian berbagai perusahaan juga bisa membuat program-program CSR yang berorientasi pada pemberdayaan ekonomi yang jauh lebih masif dan bermanfaat.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Rizka Kasila Ariyanthi

Advertisement

Bagikan Artikel: