Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bangun PLTU Jawa-4, Jonan Harap Astra Jaga Lingkungan

Bangun PLTU Jawa-4, Jonan Harap Astra Jaga Lingkungan Kredit Foto: Annisa Nurfitriyani
Warta Ekonomi, Jepara -

Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menyambut baik dimulainya pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa-4 yang memiliki kapasitas 2x1.000 megawatt (mw) milik anak usaha PT United Tractors Tbk (UNTR), yakni PT Bhumi Jati Power (BJP).

Namun begitu, ia meminta kepada BJP yang juga merupakan cucu usaha PT Astra Internasional Tbk (ASII) untuk tetap menjaga lingkungan sekitar PLTU Jawa-4. Pasalnya, saat ini PLTU Tanjung Jati sudah beroperasi dengan kapasitas 2.600 mw.

"Ini proyek besar akan naik dua kali lipat, dari 2.600 MW jadi 4.600 MW emisinya juga. Saya percaya Astra bersama partner bisa memperhatikan faktor lingkungan hidup dengan sungguh-sungguh," ucap Jonan di Jepara, Kamis (31/8/2017).

Pembangunan PLTU Jawa-4 yang berlokasi di Desa Tubanan, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, tersebut menelan biaya investasi sekitar US$4,2 miliar.

Untuk itu, Jonan menekankan agar faktor lingkungan hidup dapat diperhatikan dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan. Karena, lanjut Jonan, Indonesia dalam Konferesi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim Dunia (COP21) di Paris, Prancis, telah berkomitmen untuk menurunkan emisi rumah kaca sebesar 29 persen.

"Yang saya tahu juga menggunakan teknologi tinggi. Mohon di perhatikan karena kita sudah berkomitmen mengurangi polusi udara," terangnya.

Dalam kesemptan yang sama, Presiden Direktur Astra Prijono Sugiarto memang telah menjelaskan jika PLTU Jawa 4 dibangun dengan menggunakan teknologi terbaru yaitu ultra-super-critical (USC). Teknologi ini beroperasi pada tekanan dan suhu di atas titik kritis air di mana fase gas dan cair dalam keseimbangan sehingga menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi.

"Pembangkit listrik dengan teknologi USC memliki efisiensi sekitar 8 persen-10 persen dibandingkan dengan pembangkit listrik berbasis batu bara lainnya yang membutuhkan konsumsi batu bara lebih sedikit dan menghasilkan emisi gas buang yang lebih rendah sehingga lebih ramah lingkungan," kata Prijono.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: