Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Cari Alat Teknik dari A sampai Z? ke Glodok Aja

Cari Alat Teknik dari A sampai Z? ke Glodok Aja Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Siapa yang tidak kenal Glodok, kawasan pusat perdagangan alat-alat teknik yang sudah ada sejak zaman Belanda hingga terkenal ke seantero Indonesia. Eksistensi dan perkembangannya hingga kini bahkan menepis isu sepinya glodok karena diserbu toko online. Yang terjadi justru tidak sedikit toko online yang mengambil barang dari Glodok.

Ini seperti diungkapkan oleh Hendry Trie Asmoro, Advertising dan Promotion Lideteves Trade Center (LTC) Glodok. Menurutnya praktik online di Glodok terjadi mulai dari pengelola toko online berbelanja barang di Glodok, pengelola toko online menjalin kerja sama dengan pemilik toko di Glodok saat mendapat pesanan, hingga pemilik toko memiliki sudah website sendiri. ?

Untuk membuktikan praktik tersebut, Warta Ekonomi mencoba untuk wawancara langsung dengan sejumlah pedagang di sana. Lili pemilik Toko Sama Tanjung yang menjual berbagai macam tools mengatakan dalam satu hari pengunjung yang berdatangan ke tokonya antara 50 hingga 100 orang. Sebagian pengunjung datang untuk mencari tools seperti yang ada di toko online. Alasan pembeli melakukan itu karena ingin melihat barang secara langsung sebelum membeli, dan membandingkan harganya. Setelah puas melihat produk para pembeli yang sudah datang justru membeli di toko tersebut karena harganya lebih murah.

Maraknya toko online memang semakin mewarnai dunia perdagangan. Agar tidak kalah bersaing pemilik toko offline harus menyesuaikan diri dengan ikut menawarkan produk secara online. Ini seperti dilakukan oleh Toko Teknik Mart yang memiliki dua jalur penjualan offline dan online. Januar sebagai supervisor toko mengatakan, penjualan online meningkat drastis dalam dua tahun terakhir, namun penjualan offline tidak begitu terpengaruh.

?Penjualan online naik drastis mungkin dua hingga tiga kali lipat, tapi penjualan offline paling turun 10%,? ungkap Januar.

Omset dari penjualan secara offline juga masih lebih besar sekitar Rp100 juta sehari, dan penjualan online hanya sekitar Rp30 juta perhari. Namun adanya aktivitas online tersebut justru meningkatkan penjualan di toko miliknya secara keseluruhan. Adapun barang-barang yang terjual secara online biasanya barang-barang kecil seperti chainsaw dengan harga relatif murah, sedangkan untuk offline pembeli yang datang biasanya untuk membeli alat-alat yang lebih besar dan mahal seperti kompresor dan genset.

Penjualan secara offline dan online juga memiliki kriteria pembeli yang berbeda. Dimana pembeli offline biasanya pelanggan tetap, pembelian untuk perusahaan, dan membeli dalam partai besar. Sedangkan untuk pembeli online kebanyakan untuk keperluan sendiri dan hanya satu atau dua item saja. Sehingga penjualan online tidak secara signifikan menurunkan penjualan secara offline.

Alex Suharli, Ketua Asosiasi Pedagang LTC Glodok juga mengungkapkan kawasan perdagangan alat-alat teknik di Glodok itu sangat luas. Setidaknya ada lima titik perdagangan dengan segmen yang berbeda-beda. Pertama, Pinangsia dengan produk sanitary, handle, keramik, dan granit. Kedua, Glodok City sebagai pusat sound system, projector, health equipment. Ketiga, kawasan Glodok Plaza sebagai pusat sound system, projector, health equipment, home appliance dan bank. Keempat, Glodok Makmur sebagai pusat sound system, asesoris elektronik dan remote. Glodok Jaya sebagai pusat spare part teknik, genset dan lampu. Dan satu lagi Lindeteves sebagai pusat spare part teknik, genset, health equipment, handphone dan lampu.

?Dari lima titik itu saya lihat memang ada yang mulai sepi, itu Glodok City di sana memang sudah lama sepi, dulu bangunan itu pernah terbakar,? ungkap Alex.

Dari tahun ke tahun kawasan Glodok juga berkembang, pedagangnya semakin banyak. Bangunan terakhir yang ada di kawasan itu adalah LTC yang mulai dipakai tahun 2006. Lindeteves dengan 3000 kios atau toko yang ada saat ini okupansinya sudah 90% dihuni dan 100% sudah ada pemiliknya. Agung Podomoro Land bahkan saat ini sedang merancang Harco Glodok dengan kapasitas sekitar 2000 kios.

?Jadi wajar saja kalau tidak seramai dulu, karena penjualnya semakin banyak, kawasan semakin luas jadi tidak terlihat keramaiannya,? ujar Alex.

Seiring perkembangan zaman dan bisnis online, lanjut Alex ada perubahan perilaku konsumen yang menjadi lebih detil. Sebelum membeli konsumen bisa melihat spesifikasi produk dan harga di online. Setelah itu baru pergi ke toko untuk melihat keseuaian produk. Dengan perubahan tersebut penjual harus menyesuaikan diri, jika tidak maka akan ditinggalkan.

Jual beli online memang sudah sangat marak, tapi pembeli belum bisa sepenuhnya meninggalkan toko konvesnsional. Di lihat dari produknya, penjualan online kebanyakan dilakukan untuk produk-produk kecil seperti peralatan safety, harness tools, tapi untuk mesin-mesin besar sangat jarang dilakukan. Ada lagi beberapa alat yang butuh penjelasan cara penggunaan, sehingga mengharuskan pembeli datang ke toko.

Itulah mengapa saat mencari alat-alat teknik pembeli tidak bisa melupakan Glodok. Glodok sebagai pusat perdagangan alat-alat teknik terbesar di Indonesia pertumbuhan produknya sangat cepat mengikuti perkembangan alat-alat teknik itu sendiri. Produk yang dijual juga sangat lengkap, jadi ketika pembeli datang ke Glodok ingin mencari barang dari A sampai Z dapat ditemukan di tempat itu.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: