Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ingatkan Pemerintah, Gapki: Indonesia Bisa Kehilangan Pasar CPO di India

Ingatkan Pemerintah, Gapki: Indonesia Bisa Kehilangan Pasar CPO di India Kredit Foto: Gapki
Warta Ekonomi, Mumbai -

Indonesia bisa kehilangan pasar di India jika pemerintah tidak segera melakukan negosiasi bilateral menyusul pengenaan bea masuk hingga dua kali lipat terhadap CPO dan produk olahan minyak sawit ke negara tersebut. Padahal, saat ini India adalah pasar minyak sawit terbesar dari Indonesia.

"Selain pasar yang besar, India juga bukan pasar yang rewel menuntut berbagai macam kriteria keberlanjutan seperti Eropa atau Amerika. Sayang jika kita kehilangan pasar yang demikian potensial," kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono dalam Indonesia-India Business Forum on Palm Oil di Mumbai, Rabu (13/9/2017).

Forum Bisnis Indonesia-India ini merupakan pertemuan bisnis membahas berbagai isu terkait perdagangan bilateral kedua negara khususnya minyak sawit. Acara dibuka oleh Duta Besar RI untuk India Sidharto Suryodiputro. Hadir dalam kesempatan tersebut Konjen Indonesia di Mumbai Saut Siringo ringo.

Seperti diketahui, Agustus lalu Kementerian Keuangan India mengumumkan negara meningkatkan bea masuk CPO menjadi 15%. Padahal sebelumnya tarif bea masuk CPO adalah 7,5%. Pajak impor minyak kelapa sawit olahan juga meningkat menjadi 17,5% dan 25% dari sebelumnya 12,5% serta 15%. Kenaikan bea masuk ini bisa menurunkan ekspor minyak sawit Indonesia ke India. Joko Supriyono mengatakan bahwa saat ini Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan dengan India.

"Ini harus terus diperkuat misalnya dengan perjanjian perdagangan bilateral sehingga isu-isu terkait tarif bisa dibahas dan disepakati secara komprehensif," kata Joko.

Sejak pemberlakuan pajak ekspor sawit di Indonesia, dalam lima tahun terakhir terjadi penurunan market share palm oil di pasar India dibandingkan soft oil. Jika pada tahun 2011, palm oil menguasai sekitar 80% dan sisanya soft oil. Pada tahun 2016 palm oil menguasai sekitar 70% market share dan share soft oil naik menjadi 30%.

Walaupun secara volume ekspor Indonesia stabil, tapi market share terhadap soft oil turun. Ini artinya pertumbuhan konsumsi di pasar India tidak?bisa diambil oleh Indonesia. Joko Supriyono berharap pemerintah Indonesia perlu memperhatikan masalah ini lebih serius dan segera membahas secara bilateral bersama pemerintah India.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: