Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI Sebut Jabar Berpotensi Jadi Poros Pemberdayaan Ekonomi Syariah

BI Sebut Jabar Berpotensi Jadi Poros Pemberdayaan Ekonomi Syariah Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Warta Ekonomi, Bandung -

Berdasarkan data Kementerian Agama RI dari 19.331 pesantren di indonesia. Sebanyak 9.067 pondok pesantren atau sekitar 47% berada di Jawa Barat. Hal ini menujukan bahwa wilayah Jabar berpotensi menjadi poros pemberdayaan ekonomi syariah.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Rosmaya Hadi menjelaskan, Ekonomi syariah di Indonesia memiliki sumber daya manusia yang cukup besar. Salah satunya dengan banyaknya pesantren dan lembaga pendidikan Islam yang tersebar di beberapa wilayah termasuk di Jawa Barat.

Maya sapaan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Rosmaya Hadi menyebutkan jika jumlah pondok pesantren tersebut dioptimalkan, maka Jawa Barat akan menjadi poros pemberdayaan ekonomi syariah.

"Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah pesantren terbanyak di Indonesia, jika dioptimalkan maka Jabar berpotensi menjadi poros pemberdayaan ekonomi syariah," kata Maya kepada wartawan usai mengikuti opening ceremony Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Regional Jawa 2017 di Pusat Dakwah Islam (Pusdai) Bandung, Rabu malam (13/9/2017)

Berdasarkan hasil penelitian Bank Indonesia terdapat 54 pesantren yang memiliki lebih dari 500 santri. Hal ini juga menunjukan Jabar memiliki potensi yang bisa diandalkan sebagai lembaga ekonomi alternatif dalam pemberdayaan masyarakat.?

"Ini sangat menunjang. Selain banyak pesantren juga memiliki masyarakat muslim yang banyak. Ini juga menjadi alasan Bank Indonesia melakukan Festival Syariah di Jawa Bafat," ucap Maya

Mantan Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan (Kpw) Jawa Barat ini menuturkan ekonomi syariah bukan sistem yang ekslusif bagi umat Islam saja tetapi merupakan sistem iklusif yang turut melibatkan semua lapisan masyarakat. Pasalnya, dalam sistem perekonomian ini mengandur unsur keadilan, kemaslahatan dan keseragaman dalam mengolah sumber daya perekonomian.?

Sementara itu, studi world bank pada tahun 2016 memperlihatkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang harus memperhatikan masalah kesenjangan antara yang miskin dengan yang kaya.?

Kesenjangan antar lapisan masyarakat ini, kata Rosmaya masih terlihat di berbagai wilayah di Indonesia termasuk di Jabar dengan gini rasio mencapai 0,403?

"Ini tampak pada gini rasio Indonesia yang masih tinggi yaitu 0,93 pada Maret 2017," katanya

Maya menilai potensi infaq, zakat, wakaf dan sedekah (ziswaf) dirasa belum optimal. Masih tingginya kesejangan ekonomi antar masyarakat menujukan bahwa ziswaf belum dilakukan secara optimal. Apabila dioptimalkan bisa menjadi mesin penggerak bagi bangsa Indonesia baik skala regional maupun nasional.

"Ziswaf jika dikeloka dengan tepat akan dapat berperan aktif dalam distribusi pendapatan dan pemberdayaan masyarakat secara inklusif," pungkasnya.?

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: